Jakarta (ANTARA) – Salah satu pionir perusahaan berbasis rumah digital, Hypefast mengatakan, kini merek lokal sudah menjadi pilihan utama pelanggan saat berbelanja barang.
“Bisnis UMKM dan brand lokal di Indonesia terus berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Tidak ada jalan lain, brand lokal kini menjadi pilihan utama pelanggan,” kata CEO Hypefast Achmad Alkatiri dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Dalam konferensi pers bertajuk “The Biggest Driver for Local People in 2025” yang digelar di Jakarta, Achmad mengatakan, menurut riset Hypefast dalam ThinkwithHypefast pada Agustus 2024, 70 persen 100 persen responden aktif mencari produk lokal saat berbelanja, sedangkan 90 persen. responden telah membeli produk lokal dalam tiga bulan terakhir.
Meski saat ini bagus, namun ada tantangan yang harus dihadapi, seperti persaingan ketat dengan merek internasional, termasuk nama China.
Dilaporkan, hasil survei Mad menunjukkan enam dari 10 konsumen di Indonesia tidak mengetahui produk lokal dari produk asal China.
Data tersebut juga diimbangi dengan data Shopee dan Tokopedia yang menunjukkan bahwa empat dari 10 merek kosmetik dengan penjualan tertinggi di Indonesia selama Ramadhan adalah merek Tiongkok.
Oleh karena itu, kata dia, sebagai penggerak utama ekosistem merek lokal, pihaknya berupaya memastikan produk Indonesia tidak hanya dicintai di pasar lokal tetapi juga ada persaingan di tingkat internasional.
“Hypefast mendorong brand lokal untuk mulai berpromosi secara lokal, dibandingkan fokus pada saluran mainstream,” kata Achmad.
CEO Jacquelle Beauty, Budi Thomas, menambahkan persaingan yang dihadapi merek lokal adalah bahan dan teknologi yang lebih sedikit.
“Konsumen itu cerdas dan bisa membedakan merek-merek yang terpercaya. Jadi dari sudut pandang merek, bisa fokus membangun reputasinya melalui pengembangan produk. Ini adalah praktik yang diupayakan Jacquelle Beauty,” kata Budi.
Budi mengatakan, pengalaman pelanggan menjadi kunci pertumbuhan merek melalui penggunaan offline. Hal ini didukung dengan fakta bahwa pada masa pasca globalisasi, pemasaran offline telah menjadi pilihan utama konsumen.
“Data Populix menunjukkan minat bisnis offline meningkat lebih dari dua kali lipat,” ujarnya.
Plt. Ketua Kurator Ritel, Sarinah Diah Minarni menjelaskan, jumlah UMKM yang ada saat ini belum bisa bersaing dengan “pengecer” dalam hal penjualan.
Di Jakarta sendiri terdapat 15-20 juta UMKM, dan Sarinah bekerja sama dengan pemerintah kini mulai fokus memperbanyak tempat usaha UMKM.
Konsep Sarinah yang melakukan segmentasi pelanggan berdasarkan tujuh strata dinilai berguna dalam mengidentifikasi target pasar berdasarkan geografi dan daya beli.
“Kecintaan terhadap produk Indonesia jangan hanya sebatas tagline saja, tapi juga menjadi budaya,” ujarnya.
Leave a Reply