Jakarta (ANTARA) – Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengatakan film “Wanita Pulau Rote” bisa dijadikan alat promosi strategis untuk mempromosikan destinasi wisata Indonesia ke dunia internasional.
“Film Perempuan dari Pulau Rote ini tidak hanya sekedar karya seni, tapi juga menjadi sarana promosi strategis destinasi wisata di Indonesia,” kata Menteri Pariwisata Widiyanti di Gedung Nusantara III, Gedung Parlemen, Kamis.
Widiyanti menilai film yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen ini berhasil menampilkan Pulau Rote dengan pemandangannya yang menakjubkan. Ia mencontohkan seperti Batu Termanu yang menjadi salah satu setting film tersebut.
Menurutnya, menonjolkan setiap sudut keindahan Pulau Rote sangat memperkaya latar belakang cerita film yang mengangkat isu ketenagakerjaan dan kesetaraan di Indonesia bagian timur.
“Keindahan alamnya tidak hanya menarik secara visual namun mengundang imajinasi penonton untuk datang dan merasakannya secara langsung,” ujarnya.
Menpar kemudian menilai alur film tersebut menarik dan mempertegas film dengan realitas masyarakat serta dapat menyampaikan pesan positif kepada semua pihak yang mendengar atau menyoroti tema yang sama.
Mendukung kru film “Wanita Pulau Rote”, Menteri Pariwisata Widiyanti mengatakan Kemenpar mengapresiasi seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan film tersebut, karena film tersebut mampu meraih Oscar ke-97 atau Oscar 2025.
Ia juga mengatakan kementeriannya siap membantu mempromosikan film tersebut melalui media sosial atau platform lain yang bisa digunakan.
“Film ini tidak hanya menjadi kebanggaan industri perfilman Indonesia, tapi juga pintu gerbang dunia untuk mengetahui keindahan alam yang kita miliki,” kata Widiyanti.
Film “Wanita dari Pulau Rote” yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen mengajak masyarakat untuk menghentikan kekerasan seksual sekaligus memberikan perhatian lebih kepada seluruh anggota keluarga.
Drama-thriller ini bercerita tentang seorang ibu bernama Mama Orpa (Linda Anoe) yang suaminya baru saja meninggal dunia saat ia sedang menunggu putra sulungnya, Martha (Irma Rihi), yang bekerja sebagai TKI, pulang dari Sabah. Malaysia.
Kepulangan anak tersebut justru semakin menyakitkan karena Martha pernah mengalami kekerasan fisik dan seksual dari majikannya dan orang-orang di sekitarnya. Pengalaman ini traumatis bagi Marta dan berujung pada depresi.
Mengangkat isu perempuan dan pasar tenaga kerja di Indonesia Timur, film ini juga berhasil meraih Piala Citra untuk Skenario Asli Terbaik dan Film Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2023.
Leave a Reply