JAKARTA (ANTARA) – Merasa stres atau gugup merupakan hal yang wajar, namun gejala seperti jantung berdebar, menggigil, dan gemetar bisa jadi mengindikasikan sesuatu yang lebih serius, seperti serangan panik.
Istilah serangan panik dan gangguan kecemasan sering digunakan secara bergantian, sehingga mengidentifikasi setiap gangguan tidak selalu mudah.
Dalam postingannya pada Rabu (27/11), Popsugar membagikan penjelasan dua pakar kesehatan mental mengenai perbedaan serangan panik dan kecemasan, yang dapat berguna dalam menentukan pengobatan kesehatan mental yang tepat.
Serangan kecemasan biasanya tidak separah serangan panik, kata Murrer, Vania Manipot, DO, seorang psikiater dan kepala petugas medis untuk aplikasi perawatan diri.
Menurutnya, serangan panik akan hilang dan biasanya tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Amanda Spray, PhD, ABBB, psikolog klinis dan profesor di Crossman School of Medicine New York University, mengatakan serangan panik termasuk dalam Gangguan Mental Edisi Kelima (DSM-5). Dengan syarat, ketika tidak ada rasa takut akan serangan.
DSM-5 menggambarkan serangan panik sebagai rasa takut yang tiba-tiba atau rasa tidak nyaman yang memuncak dalam beberapa menit.
Menurut DSM-5, gejala serangan panik meliputi jantung berdebar, nyeri dada, dan sesak napas; Sensasi menggigil, menggigil, berkeringat, panas, bahkan tanpa dingin.
Gejala lain mungkin termasuk perasaan tercekik; takut kehilangan kendali atau takut mati; mual atau muntah; pusing, sakit kepala ringan, atau pingsan; Paresthesia (ringan atau mati rasa); derealisasi (perasaan tidak nyata); atau depersonalisasi (kesadaran terlepas).
Menurut Dr. Ada berbagai jenis gangguan tidur, termasuk gangguan panik, kecemasan sosial, kecemasan umum, dan berbagai fobia.
Gejala umum gangguan kecemasan antara lain rasa gugup yang berlebihan, ketegangan otot, kegelisahan, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan sulit tidur.
Dr. Tantangan dalam menangani gangguan kecemasan umum yang persisten serupa dengan menghadapi serangan panik yang terus-menerus, kata Spray. Faktanya, orang yang menderita gangguan kecemasan juga bisa mengalami serangan panik.
Menurut Dr. Moneybot, terkadang mengalami kecemasan adalah hal yang wajar. Namun jika kecemasan mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, kondisi tersebut dapat didefinisikan sebagai gangguan kecemasan.
Penting untuk diingat bahwa orang yang tidak memiliki gangguan kecemasan masih dapat mengalami serangan kecemasan sesekali.
Psikolog menyarankan beberapa langkah untuk menenangkan diri saat terjadi serangan panik atau ketakutan, yang pertama adalah mengakui serangan tersebut.
Dr. Kesadaran akan kondisi ini dapat membantu orang mengatasi gejala fisik apa pun, kata Manipot.
Baginya, mengulangi kalimat “Aku akan baik-baik saja” atau “Aku tidak akan mati karenanya” bisa membantu menenangkan orang saat menghadapi serangan.
Langkah selanjutnya yang bisa Anda lakukan adalah menarik napas dalam-dalam.
Tidak bisa mengendalikan pernapasan dapat memperburuk gejala fisik dan serangan panik saat mengalami hiperventilasi.
Dr. Manibot dan Dr. Semprotan ini merekomendasikan latihan pernapasan yang tenang, yang berarti mengatur pernapasan Anda dengan memperpanjang inhalasi dengan pernafasan.
Selain itu, penderita depresi disarankan untuk mencari bantuan, seperti berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental.
Perkembangan masalah kesehatan mental bergantung pada situasi masing-masing individu.
Namun, Dr. Manipot mengatakan obat tersebut rutin digunakan untuk mengatasi kecemasan dan serangan panik.
Psikoterapi, termasuk terapi perilaku kognitif, juga dapat digunakan untuk membantu orang mengatasi pikiran-pikiran yang menyusahkan.
Leave a Reply