Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Kelautan dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Vivi Julaswati mengatakan kebutuhan investasi untuk konversi energi diperkirakan meningkat lebih besar dibandingkan perekonomian. target pertumbuhan 8 persen.
“Saya tahu KEN (Kebijakan Energi Nasional) (pertumbuhan ekonomi berdasarkan pertimbangan makroekonomi) 6-7 persen, tapi sekarang Pak Prabovo (Presiden Prabovo Subianto) mau 8 persen, itu akan menjadi penilaian kebutuhan investasi apa. menjadi.” malah akan meningkat,” katanya pada Dialog Transisi Energi Indonesia 2024 yang diawasi ketat di Jakarta, Senin.
Transisi energi mencerminkan upaya Presiden agar Indonesia mencapai swasembada energi, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi sebesar 8 persen pada tahun 2029.
Namun, untuk mencapai tujuan ini memerlukan investasi dalam berbagai rencana. Mulai dari pembiayaan dari sumber terbarukan, green bond, blue bond, hingga skema Just Energy Transport Partnership (JETP).
“Investasi saat ini tidak hanya terkait dengan sumber tradisional atau tradisional. “Saat ini kita banyak melakukan pembiayaan yang inovatif, ada rencana baru, ada obligasi, ada karbon (pembiayaan), dan tentunya ke depan kita akan kembali ke implementasi yang tentunya kita harapkan lebih cepat,” Vivi dikatakan.
Saat ini, penggunaan teknologi transmisi energi di Indonesia juga dikatakan berbeda-beda, dengan biaya keekonomian yang harus disesuaikan dengan konteks daerah masing-masing.
“Kalau kita bicara Papua, Barat (bagian Indonesia) dan Jawa, tentu kebutuhannya berbeda dan sumber dayanya juga berbeda. Jadi kalau kita bisa membangun kerangka yang lebih rendah untuk masing-masing energi, membangun rantai nilainya, semoga harga keekonomian akan tercapai lebih cepat lagi. Dengan semakin mudahnya generasi muda saat ini beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan inovasi, kita berharap kita juga bisa melakukan hal yang sama. pekerjaan ramah lingkungan ini,” kata Vivi.
Ia berpendapat, ke depan harus dibangun koneksi antar pulau agar dapat terlaksananya transfer energi guna mencapai kecukupan energi yang dicanangkan Presiden Prabovo.
Meskipun Indonesia saat ini merupakan basis energi, namun potensi sumber daya energi belum merata dan belum berkembang sesuai harapan.
Mengingat sebagian besar penduduknya berada di Pulau Jawa dengan kelebihan cadangan energi di pulau tersebut, maka tujuan akhirnya adalah mengembangkan energi alternatif di berbagai daerah dari bawah. Misalnya saja PT Pertamina (Persero) yang akan mengembangkan B35 (campuran biofuel minyak sawit dan solar/solar) dan E10 (campuran etanol dan bensin tanpa timbal).
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tentunya banyak penelitian yang kami lakukan, tidak hanya tebu, tetapi juga njamplunga (sejenis pohon bintangur yang hidup di pantai berpasir dan berbatu) dan serangga, dll. Jadi, sekarang untuk menumbuhkan (mengembangkan) kajian-kajian yang berbeda itu, tentu saja kita membutuhkan lahan. “Lagi pula, apakah di lahan non-produktif, maka tentu kita melihat blue economy sebagai bagian dari sumber energi, maksud saya hanya mengambil alih saja. energi”, dia. katanya.
“Tentu saja kita harus mengembangkan sendiri berbagai komponen penting energi terbarukan, baik itu panel surya, turbin angin, lalu baterai, dan sebagainya. Kami sebenarnya sudah punya komponennya, tapi “Kami belum membangun rantai nilainya. , karena medianya masih kurang, kapasitasnya seperti apa, pendidikannya, dan sebagainya,” ujarnya lagi.
Misalnya, perusahaan Tiongkok telah mengambil Tier 1 (label yang menunjukkan tingkat perusahaan manufaktur panel surya) untuk sel surya menggunakan banyak penelitian dari Eropa, kemudian rantai nilai dari atas ke bawah dalam industri panel surya berbiaya rendah.
Menurut Vivi, Indonesia dapat berkembang melalui cara-cara berikut ini untuk mendapatkan pilihan sumber energi tunggal bagi seluruh Indonesia.
Misalnya saja wilayah Papua yang memiliki sumber daya air yang dapat menjadi sumber energi bagi pengembangan industri di wilayah timur Indonesia. Sementara di Indonesia bagian barat, juga bisa dikembangkan panas bumi atau geotermal bawah tanah.
“Tentunya jaringan (hubungan antar pulau) harus selesai, dibangun dari atas sampai bawah, dan tentunya kapasitas termasuk kapasitas manusianya harus dibangun dalam waktu lima tahun ini,” kata Vivi lagi.
Leave a Reply