Jakarta (ANTARA) – Konferensi/Konferensi Para Pihak (COP) PBB ke-29 dimulai di Ibu Kota Azerbaijan, Baku, pada 11 November dan akan berlanjut hingga 22 November 2024.
Konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini akan melibatkan 80.000 delegasi dari berbagai negara yang akan duduk bersama dan membahas upaya mengatasi tantangan perubahan iklim.
Melalui tema “Solidaritas untuk Dunia Hijau”, COP29 akan mempertemukan para pemimpin dari berbagai pemerintahan, pelaku usaha, dan masyarakat sipil untuk mendorong solusi nyata terhadap permasalahan lingkungan dan mitigasi dampak perubahan iklim.
Menjelang COP29 tahun ini, ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang konferensi iklim. Berikut beberapa informasi relevan yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Fokus
Dilansir World Economic Forum, Presiden COP29 Mukhtar Babayev dalam surat resminya kepada pihak peserta forum tersebut menyampaikan empat tujuan utama COP29 yaitu terkait pembiayaan, pasar karbon, pengembangan modal kerugian dan kerusakan serta penyesuaian sesuai rencana. .
Dalam hal pendanaan, COP29 dipandang sebagai peluang untuk menyelaraskan kontribusi pendanaan iklim dengan perkiraan kebutuhan global.
Namun, meskipun fokus pada penyaluran dana ini, hampir setiap elemen kunci dari Tujuan Kuantifikasi Kolektif Baru (NCKG) masih menjadi perdebatan, mulai dari tujuan baru dan basis kontribusi hingga skala keuangan relatif.
Selain pendanaan, pasar karbon juga menjadi salah satu fokus COP29, dimana pasar karbon telah menjadi isu utama dalam kebijakan iklim internasional dalam beberapa tahun terakhir.
Di satu sisi, pasar karbon menunjukkan potensi sebagai cara bebas utang untuk menyalurkan modal dari negara-negara penghasil emisi besar ke dalam proyek-proyek lingkungan hidup.
Di sisi lain, kurangnya ketelitian seringkali tidak menghasilkan pengurangan emisi yang nyata, namun malah mendorong dana ke tempat-tempat yang tidak perlu atau tidak dapat diverifikasi dan memungkinkan terjadinya greenwashing.
Fokus lainnya terkait pengembangan dana kerugian dan kerusakan. Jumlah dana yang saat ini dialokasikan untuk Dana Kerusakan dan Kerugian yang masih terbentuk, yang dewan pengurusnya akan berlokasi di Filipina, jumlahnya kecil dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan kerusakan dan kerugian di seluruh dunia.
Sementara itu, fokus lain COP29 tahun ini adalah mendorong adaptasi sesuai rencana. Babayev mengatakan adaptasi seringkali dibayangi oleh upaya mitigasi.
Namun, hal ini penting karena dampak iklim semakin buruk. COP29 adalah peluang penting untuk memprioritaskan adaptasi dan mengamankan sumber daya yang diperlukan.
2. Kepresidenan Azerbaijan
Sebagai presiden COP29, Azerbaijan telah berkomitmen untuk mengembangkan potensi energi terbarukan, yang merupakan bagian penting dari rencana negara tersebut untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40 persen pada tahun 2050.
Negara ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga 30 persen pada tahun 2030 dan mendiversifikasi sistem energi yang ada untuk menjadi pemimpin dalam energi ramah lingkungan.
Azerbaijan juga berkomitmen untuk memimpin dengan memberi contoh dan akan memperbarui target Kontribusi Nasional (NDC) nasionalnya sejalan dengan upaya membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius.
3. Prioritas Indonesia
Pada COP29 tahun ini, Indonesia akan fokus pada tiga hal utama. Pertama, meningkatkan Kontribusi Nasional (NDC). Yang kedua adalah memastikan pendanaan perubahan iklim yang berkelanjutan dan yang ketiga adalah membangun ketahanan di bidang-bidang yang sensitif terhadap perubahan iklim.
Sementara itu, usai rapat persiapan COP29 di Jakarta, Selasa (5/11), Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofik mengatakan delegasi Indonesia akan mengangkat dan menyampaikan beberapa isu diplomatik sesuai arahan Ketua DPR RI. Delegasi COP29 Hashim S Djojohadikusumo.
Dijelaskannya, Indonesia telah melimpahkan capaian penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) kepada Sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan hal ini akan ditegaskan kembali dalam pidato Indonesia di konferensi tersebut.
Pada saat yang sama, ia meyakinkan bahwa Indonesia akan terus memperjuangkan isu pendanaan iklim pada COP29, terutama terkait pendanaan sebesar US$83 miliar (sekitar 1,2 triliun rupiah) yang disepakati pada COP28 di Uni Emirat Arab pada tahun 2023.
Baca juga: 80 Kepala Negara Berkumpul di Azerbaijan dan Bahas Perubahan Iklim
Leave a Reply