JAKARTA (ANTARA) – Pengamat sepak bola Tanah Air Akmal Marhali mengatakan, kehadiran pemain berkewarganegaraan yang akan terus bermain di timnas Indonesia merupakan sebuah keniscayaan bagi perkembangan sepak bola dunia.
Akmal Marhali mengatakan: “Nasionalisme tidak bisa dihindari di dunia sepakbola karena semua negara akan melakukannya.” dekat Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, menjadi pemain asing merupakan hal baru di sepak bola Indonesia dan saat Indonesia bermain di Piala Dunia 1938, mereka sudah menggunakan pemain asing.
Pada era 1950-an, Timnas Indonesia juga mempunyai lima pemain yang dinasionalisasi, salah satunya adalah penjaga gawang utama, Arnold Wouter van der Vin.
Dijelaskannya, sejak pemain Cristian Gonzales hingga saat ini, jumlah pemain berkewarganegaraan yang terdaftar sebanyak 108 orang, termasuk 15 pemain berkewarganegaraan yang saat ini bermain untuk timnas.
Ia mengatakan, hal ini berarti kewarganegaraan pemain sudah lama tertunda dan merupakan langkah yang harus diambil untuk mengatasi permasalahan perkembangan sepak bola modern.
Akmal mengatakan, di sisi lain, FIFA juga memperbolehkan negara mana pun untuk menerapkan program pencabutan kewarganegaraan pemainnya sebagaimana disyaratkan dalam Art. 19 Statuta FIFA.
Lebih lanjut ia menyatakan, terdapat tantangan kebijakan kewarganegaraan di masa depan yang perlu diwaspadai oleh para pemangku kepentingan karena kewarganegaraan akan menjadi “bom waktu” jika performa timnas Indonesia menurun.
“Jika hasilnya dikurangi, banyak pihak yang akan mengkritisi kebijakan kewarganegaraan ini,” ujarnya.
Selain itu, terdapat kekhawatiran bahwa kebijakan kewarganegaraan saat ini akan membawa manfaat jangka pendek. Artinya, para pemain tidak mempunyai kesempatan membela timnas di negara asalnya dan memilih bergabung dengan timnas Indonesia karena hingga pensiun mereka mempunyai kesempatan untuk menjaga reputasi baik sebagai pemain, termasuk meningkatkan nilainya di tim. dunia sepak bola.
“Karena pemainnya bermain untuk timnas, nilai pasarnya pasti akan terus meningkat,” ujarnya.
Akmal menambahkan, saat ini suporter berbahagia dengan kesuksesan yang diraih tim Indonesia, namun kualitas permainan bisa saja menurun karena usia pemain yang masih muda.
Oleh karena itu, pekerjaan penting yang harus dilakukan PSSI adalah menciptakan proses latihan yang lebih baik untuk mendidik sebanyak-banyaknya pemain sejak dini.
“Ke depan harus ada kompromi antara proyek warga yang memiliki tujuan jangka pendek dan proyek pemain muda yang memiliki tujuan jangka panjang,” ujarnya.
Leave a Reply