Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Mengisi masa pensiun dengan budi daya nila sistem bioflok

Batam (ANTARA) – Di salah satu sudut Kota Batam, di kawasan pemukiman sempit, terdapat lima kolam bioflok berwarna biru kehijauan yang berisi ratusan ikan nila.

Di bagian depan peternakan terdapat papan bertuliskan “Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Berka Bersama”. Sebuah plang berlogo ikan berwarna hijau tua tampak menyambut pengunjung yang masuk ke dalam.

Komunitas ini terdiri dari para pensiunan yang mencari hobi sekaligus penghasilan tambahan melalui budidaya ikan dengan sistem bioflok.

Terbentuknya Pokdakan merupakan hasil program pemerintah daerah yang bertujuan agar masyarakat Kota Batam turut serta menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan, memenuhi kebutuhan ikan, dan meningkatkan produktivitas masyarakat agar termotivasi untuk bekerja demi kepentingannya sendiri.

Kelompok ini dipimpin oleh Rohim yang sebelumnya mengepalai perusahaan Alat Tulis Kantor (ATK) yang bisnisnya mengalami kemerosotan dalam beberapa tahun terakhir. Kulit pria tampak kecokelatan karena sering terkena sinar matahari saat beraktivitas di ladang.

Anggota lainnya sebagian besar adalah pensiunan yang kembali ke Batam atau tetangga Rohim yang tidak memiliki aktivitas lain sebelum terbentuknya grup.

Suasana Taman Waduk adalah suasana yang teduh dan selaras dengan alam. Saya bisa mendengar suara AC, ikan-ikan yang berenang, dan terkadang ikan-ikan yang melompat-lompat di permukaan air yang berbusa.

Budidaya ikan dengan sistem bioflok merupakan program yang didukung penuh oleh Dinas Perikanan (Diskan) Kota Batam, dengan jumlah 79 kolam di 17 pokdakan.

Dalam program ini, setiap kolam berkapasitas enam meter kubik air dan jumlah ikan yang bisa dipelihara dalam satu kolam mencapai sekitar 600 ekor. Dengan bantuan tersebut, kelompok yang dipimpin Rohim mendapatkan 5 kolam dan 3000 bibit ikan.

Permukaan air tampak agak keruh, kombinasi gelembung-gelembung berwarna hijau tua dan putih berkumpul di sisi-sisi kolam. Disana Anda bisa melihat ikan nila berenang dengan warna putih, pink dan hitam.

Program ini bertujuan untuk memungkinkan petani menjalankan usahanya secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari menanam hingga menjual hasil panennya, menggunakan sistem bioflok, tanpa terus-menerus bergantung pada penyedia bantuan.

Petani bisa tenang dan fokus meningkatkan kualitas ikan nila di kolam bioflok karena dijamin bisa menyerap hasil panen dengan harga pasar yang kompetitif.

Sistem bioflok

Teknologi bioflok menjadi jawaban atas berbagai tantangan dalam budidaya ikan air tawar, seperti konservasi air, efisiensi pemanfaatan pakan, dan pengurangan limbah ikan.

Konsep dasar sistem ini adalah memanfaatkan bakteri baik yang hidup di kolam untuk mengubah makanan dan kotoran ikan menjadi sumber makanan bergizi bagi ikan.

Campuran pakan yang terdiri dari bakteri, gula dan vitamin disiapkan, dituangkan ke dalam kolam dan ditambahkan oksigen melalui aerator sehingga menimbulkan reaksi berupa gumpalan-gumpalan kecil di permukaan air kolam. ikan.

Dengan cara ini, konsumsi pakan dapat ditekan hingga 30 persen dibandingkan cara tradisional, dan air dapat dihemat karena tidak perlu sering diganti.

Namun sistem bioflok ini memerlukan perhatian khusus untuk mengendalikan kualitas air dengan memeriksa pH, suhu, dan kadar oksigen kolam agar tercipta kondisi ideal bagi pertumbuhan ikan.

Dayat (kiri) dan Rohim (tengah) memeriksa saluran air. (ANTARA/Amandine) Pemangku kepentingan perusahaan yang terdiri dari para pensiunan ini memantau kolam renang setiap hari dari pagi hingga sore hari dan mengaku senang bisa tetap aktif dan produktif di masa pensiun. Selain itu, melalui upaya tersebut, mereka dapat menjaga komunikasi dan meningkatkan kerja sama untuk membahas pengembangan tambak mereka.

Mereka tidak hanya berkumpul untuk mengelola kolam, tetapi mereka juga membuat akun media sosial untuk mendokumentasikan kegiatan kelompok serta berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait budidaya ikan.

Selain itu, di sekitar kolam terdapat lahan yang dikembangkan untuk menanam berbagai tanaman obat dan sayuran yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat.

Di atas tanah, dalam tangki putih dengan sistem hidroponik, terlihat daun-daun hijau dan cabai merah bertahan hidup di batang tanaman dalam kantong plastik hitam.

Tanaman obat seperti binahong, patikan kebo, meniran hijau, jahe dan kunyit ditanam di sekitar kolam dan dipupuk dengan air kolam yang mengandung kotoran ikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada yang terbuang pada limbah komersial sehingga air dapat digunakan sebagai pupuk alami.

Inisiatif ini tidak hanya membantu menjamin ketahanan pangan lokal, namun juga membuka pilihan alternatif untuk menyediakan bahan obat tradisional kepada masyarakat yang membutuhkan. Banyak tetangga dan kerabat yang menghubungi Rohim dan teman-temannya dan menanyakan apakah ada tanaman tertentu di daerah mereka.

Anggota kelompok berharap agar program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batam ini kedepannya dapat terus berkembang dan intensif, karena melalui harapan dapat memanen ikan serta kegiatan positifnya akan memberikan manfaat bagi kesehatan dan kebahagiaan hidup. Penduduk kota yang berbatasan dengan Singapura ini akan menjadi bagian dari kerajaan ikan.

Dalam waktu dekat, kelompok ini akan menerima panen perdana yang merupakan langkah awal menuju kemandirian sebagai pokdakan. Dinas perikanan setempat akan memfasilitasi hal ini, sehingga Anda tidak perlu khawatir mencari pasar untuk hasil panen Anda.

Kedepannya kami mempertimbangkan untuk memproduksi benih ikan sendiri agar tidak bergantung pada pasokan benih dari pihak lain.

Rohim berharap, kelompok ini tidak berhenti pada satu siklus saja, melainkan meneruskan semangat para anggotanya yang telah tekun dan tekun mengelola kolam dengan semangat persatuan.

Mereka berharap kelompok ini dapat menjadi wadah pembelajaran bagi warga sekitar dan pelajar dari berbagai tingkat pendidikan di kota tersebut.

Selama ini mereka telah mengunjungi Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) untuk belajar tiruan Fakultas Perikanan Universitas Irlandia (Unair) Surabaya yang ingin melihat kelestarian kolam Bioflok. Orang yang ingin mengetahui kekuatan ikan.

Meski kini tampak sukses dan panen sudah menanti, namun usaha Rohim dan anggotanya tidaklah mudah. Saat ikan nila mulai bertelur, Rohim dan kelompoknya menemukan 203 ekor benih ikan nila telah mati.

Beruntung ada Sujianto, guru yang dikenalkan Dinas Perikanan Kota Batam, yang sering berkunjung ke Kolam Pokdatan. Rohim dan kawan-kawan tak gentar saat mendapat penjelasan bahwa kematian 203 ekor ikan atau sekitar 7,14 persen dari 3.000 ekor benih tersebut masih dalam keadaan normal.

Rohim Sujianto menjelaskan, ikan harus beradaptasi dengan lingkungan saat berpindah ke tempat lain. Menerima penjelasan tersebut, Rohim dan kawan-kawan tetap termotivasi untuk beternak ikan peliharaannya. Ia juga mengapresiasi kesabaran para guru dari Departemen Perikanan dalam membimbing anggota Pokdatan dalam mengembangkan usaha ini.

Menurut Rohim, penyuluh selalu hadir untuk mengatasi kekhawatiran anggota kelompok masyarakat, memberikan bimbingan dan menyadarkan mereka bahwa kematian dini ikan adalah hal yang normal dan harus diatasi melalui pengelolaan suhu kolam yang lebih baik.

Jadilah teladan

Pokdakan merupakan contoh nyata bagaimana usaha masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan dapat berhasil dikembangkan dengan cara yang khas, unik dan berkelanjutan dengan bantuan pemerintah.

Dengan menggunakan teknologi Biofloc, mereka tidak hanya meningkatkan penghidupan anggotanya, namun juga melindungi lingkungan, membantu komunitas lokal yang membutuhkan, dan menginspirasi masyarakat.

Pokdakan menunjukkan, dengan persatuan, dedikasi dan dukungan pemerintah, bahwa penangkapan ikan dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, mandiri dan ramah lingkungan. Mereka juga menunjukkan bahwa mereka bisa produktif dan kuat meski di usia tua.

Rohim (kiri) dan Rusdianto (kanan) di depan instruksi Pokdakan Berka Bersama. (ANTARA/Amandine)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *