MOSKOW (ANTARA) – Israel sedang mendiskusikan kemungkinan mempekerjakan perusahaan keamanan swasta, termasuk dari Inggris, untuk mengirim bantuan ke Jalur Gaza sebagai bagian dari kemungkinan larangan kegiatan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA), lapor surat kabar Guardian . .
The Guardian melaporkan pada Selasa (22/10) bahwa pengusaha Israel-Amerika Mordechai Kahana mengatakan kabinet Israel belum mengambil keputusan resmi mengenai inisiatif tersebut pada Minggu (20/10).
Keputusan ada di tangan Kementerian Pertahanan Israel dan Angkatan Bersenjata Israel (IDF).
Kahana sendiri adalah pemilik Global Delivery Company (GDC), yang sedang menawar kontrak pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Jika GDC memenangkan kontrak, pengiriman bantuan ke Gaza akan dilakukan oleh perusahaan keamanan Inggris yang saat ini beroperasi di Irak.
Perusahaan Inggris membutuhkan waktu satu bulan untuk mempersiapkan misi tersebut, kata Guardian.
Inisiatif ini dilaporkan mencakup skema pengiriman percontohan melalui penyeberangan Erez di perbatasan Israel-Gaza ke gudang yang aman di kota Beit Hanoun, sebelah utara Gaza. Dari sana, bantuan akan disalurkan ke titik-titik distribusi berikut ini.
Bantuan dapat diberikan oleh tim bersenjata dengan truk kecil lapis baja yang dilengkapi dengan peralatan pengendalian massa, termasuk peluru plastik dan meriam air, lapor surat kabar tersebut.
Selain itu, terdapat pasukan cadangan intervensi cepat yang melakukan intervensi dengan senjata yang lebih serius ketika kelompok penyalur bantuan diserang.
Pada awal Oktober, komite parlemen Israel menyetujui rancangan undang-undang yang melarang UNRWA beroperasi di wilayah Israel karena dugaan keterlibatan personel UNRWA dalam serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Sumber: Sputnik-OANA
Yordania dan Spanyol mengatakan UNRWA tidak punya pilihan lain
Leave a Reply