Jakarta (Antara) – Komite Paralimpik Nasional Indonesia (NPC Indonesia) menggunakan sejumlah perangkat teknologi canggih dalam program pencarian bakat yang disebut “Break Border”, yang diadakan di 35 provinsi selama 2025 tahun.
Salah satu alat utama adalah Inbody S10, perangkat portabel yang dirancang khusus untuk penyandang disabilitas.
Alat ini mampu mengukur kadar lemak dalam tubuh dan komposisi otot melalui elektroda lengket yang tepat yang mengatur kondisi fisik atlet di masa depan.
“Penggunaan alat ini sangat penting karena para peserta kecerdasan bakat belum menjadi atlet. Dengan alat ini kita akan mempelajari komposisi tubuh yang mendukung potensi atletik mereka,” kata Muhammad Tala, anggota tim intelijen NPC, Muhammad Tas.
Selain inbhy S10, perintah ini juga menggunakan detak jantung H10 untuk mengukur pengukuran detak jantung selama pengujian aerobik (TAMT). Pengukuran ini melengkapi metode uji resistensi lainnya, seperti tes Pacer 20 meter yang digunakan untuk memilih atlet di masa depan.
Proses evaluasi fisik program ini menyangkut penyesuaian kinetika kebugaran fisik seseorang. Pendekatan ini didasarkan pada bukti dan adaptasi dengan jenis pohon dari masing -masing peserta.
“Kami berharap bahwa proses ini akan menjadi klasifikasi sesuai dengan standar internasional, sehingga atlet di masa depan dapat ditempatkan di olahraga dan kelas yang tepat untuk pengembangan regional dan pelatihan nasional pusat,” kata TAS.
Program ini melanggar tumit provinsi saat ini. Sumatra utara terjadi di arena pertempuran, Pusat Olahraga Sumatra Utara, Medan City, 9-11.
Ketika memilih NPC Indonesia, 160 atlet masa depan dari 16 distrik/kota mengambil bagian dalam kerja sama dengan Nort -Sumatra NPC.
“Semua peserta telah menjalani proses seleksi awal. Mereka adalah atlet potensial yang seharusnya lebih membantu. Kami berharap beberapa dari mereka dapat mengklaim solo untuk platenas,” kata Alan Sastra, kepala Nondersumatra NPC.
Ini juga dievaluasi oleh Mahfulla Pratam Dowlai, kepala Badan Pemuda dan Olahraga Utara. Dia mengatakan bahwa pencapaian atlet penyandang cacat dengan disabilitas cukup bangga, termasuk lima di Peparnas XVII/2024.
“Kami baru saja merilis enam atlet yang terlibat dalam persiapan nasional Games Para Agean, yang terdiri dari lima atletik dan satu judo. Kami berharap akan ada lebih banyak atlet dalam program ini, siap untuk bersaing nasional dan internasional,” katanya.
Mahfulla berharap bahwa hasil dari kecerdasan bakat ini dapat memperkuat pedoman Peparnas 2028.
Leave a Reply