Jakarta (Antara) – 50 ribu rp untuk melintasi penumpang dominan
.
Perahu yang berubah menjadi lorong dinyatakan secara strategis dalam menghubungkan sekolah MTSN 13 Jakarta dari SMPN 31 Jakarta dan Kepayoran Baru. Warga merasakan bantuan kapal.
Hermavan mengatakan, pada kenyataannya, dia bisa mendapatkan lebih dari itu, tetapi karena dia bekerja dengan temannya, dia harus berbagi penghasilannya dari kapal yang bergoyang.
Bukan hanya itu, tetapi dia harus menyerahkan uang pemilik kapal.
Dia mengakui bahwa penghasilan pribadinya tidak pasti, tergantung pada fakta bahwa banyak siswa mengendarai atau tidak menyeberangi Sungai Besangraha.
“Jika masalah uang tidak diperlukan, ada banyak liburan dari anak -anak sekolah. Dan sekarang, pada hari Sabtu dan Minggu,” katanya.
Dari pendapatan ini, digunakan untuk makanan dan kehidupan sehari -hari.
Adapun apartemen, Hermavan dan temannya tidur semalam dalam 20 hari. Setelah 20 hari, ada waktu putar (pangkuan) untuk berdiri aman.
“Di masa lalu, saya telah mendaftar. Saya tidak bisa keluar dari kapal ini karena airnya sering banjir. Saya hanyut karena saya tertinggal, jadi sekarang Anda tertidur di sini,” katanya.
Sementara itu, Yuda Ravan, presiden desa Ulujami, mengatakan bahwa proyek pembangunan jembatan dimainkan pada tahun 2005, tetapi dikatakan bahwa MDSN 13 Jakarta telah mampu meningkatkan perjuangan di kalangan siswa.
“Pertimbangkan pada saat itu, karena dia dikelilingi oleh banyak sekolah dan pada saat itu melawan di sekolah menengah,” kata Yuda.
Sebelumnya, Komisi DKI DPRT dan Ostrid Kairunnisha atau Astrid Qua diundang ke Komisi Bangunan untuk membangun jembatan kepada anak -anak sekolah yang menggunakan perahu pemotong.
“Saya akan membahas jembatan individu besok dengan Komisi Pertumbuhan,” kata Astrit.
Leave a Reply