Jakarta (Antara) – Menteri Investasi dan di bawah arus/Kepala Dewan Koordinasi Investasi (BKPM), Rosan Perkas Roslani, menyatakan bahwa tantangan investasi dari tahun 2025 berasal dari eksternal.
“Tugas tahun depan jelas di luar kendali kami. Misalnya, geopolitik,” katanya di pintu setelah pertemuan tahunan Bank 2024 di Indonesia (PTBI) di BI, Jakarta, dikutip pada hari Sabtu.
Pada saat yang sama, partainya percaya bahwa setiap dinamika geopolitik ekonomi, seperti ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina, sebenarnya merupakan peluang besar bagi dua negara untuk memindahkan pabrik ke daerah -daerah, yang biasanya tidak stabil.
“Oleh karena itu, kita perlu menjadi inisiatif untuk berbicara dengan bagian -bagian ini. Karena di masa lalu beberapa tahun yang lalu, ketika ketegangan telah meningkat, Indonesia bukan manfaat terbesar di ASEAN. Hanya empat atau lima dari lima pabrik dunia,” kata Rosan.
Pada tahun 2025, BKPM berfokus pada investasi Indonesia dari perbatasan dan secara lokal sekitar 1 950 rp triliun, yang meningkat dibandingkan dengan 2024, yang merupakan 1650 triliun. Sedangkan untuk 2026, ini ditujukan untuk menumbuhkan bahkan lebih dari 2200 RP.
Dia dikatakan telah menyiapkan langkah -langkah yang harus diambil baik dalam hal politik maupun aturan untuk fokus pada peningkatan tujuan investasi.
Rosan juga percaya bahwa Donald Trump, yang hanya dipilih oleh presiden AS, memiliki potensi untuk menerapkan proteksionisme seperti pada periode pertama. Ketika melihat dari tim ekonomi Trump, tren proteksionisme yang harus dipenuhi cukup tinggi.
“Tentu saja, kebijakan AS dan Cina tentu saja mempengaruhi AS. Mengapa? Cina? Cina? China adalah mitra komersial terbesar di Indonesia, investasi juga merupakan jumlah tertinggi di Cina. Kemudian surplus komersial kami juga ada di Amerika. Oleh karena itu, dinamika hubungan ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Leave a Reply