Jakarta (Antara) – OJK Authority (OJK) mencatat bahwa dana kendaraan listrik dicapai melalui perusahaan multi -pemain RP16,63 triliun dimulai dengan Maret 2025.
Ukuran 5,65 persen setiap bulan (MTM) meningkat dari Februari 2025 dalam jumlah Rp15,74 triliun. Selain itu, pendanaan kendaraan listrik pada Maret 2025 persen dari semua dana multi -ukuran.
“Secara umum, potensi pendanaan untuk motor listrik di Indonesia masih terbuka secara luas untuk program untuk membuka investasi dalam bentuk pabrik manufaktur mobil listrik di Indonesia.
Pertumbuhan ini mencerminkan pertumbuhan kepentingan publik dalam kendaraan ramah lingkungan dan sinergi kebijakan pemerintah untuk mendorong penerimaan kendaraan listrik.
Salah satu dukungan dari Kementerian Investasi dan Dewan Koordinasi BKPM, yang akan memberikan insentif yang lebih besar bagi produsen mobil listrik dengan tingkat komponen lokal (TKDN) yang tinggi.
“Maka kita akan mengubah konsep ini. Dengan TKDN yang lebih tinggi, kita bisa menjadi lebih banyak insentif.
Saat ini, tujuh produsen mobil listrik dibangun oleh fasilitas produksi Indonesia, yaitu Vifast, Volkswagen (Volkswagen), BYD, Citroen, Aion, Maxus dan Geely. Total investasi tujuh perusahaan datang ke RP15,4 triliun, dengan target produksi 281.000 unit per tahun.
Pemerintah juga mempercepat pengembangan infrastruktur dukungan, termasuk memungkinkan pihak ketiga membangun stasiun pengisian mobil listrik untuk memperluas berbagai layanan di seluruh Indonesia.
Dengan target untuk menghasilkan kendaraan listrik 2,5 juta unit per tahun pada tahun 2030, Rosen menekankan pentingnya memperkuat penelitian dan pengembangan.
Pemerintah bahkan menjamin insentif hingga 300 persen bagi investor yang bersedia mengembangkan penelitian EV di Indonesia.
Leave a Reply