Jakarta (Antara): Kualitas udara di DKI Jakarta didasarkan pada data dari situs kontrol kualitas udara Senin pagi IQAIR yang termasuk dalam kriteria yang tidak sehat untuk kelompok sensitif.
Berdasarkan urutan berikutnya pada 06.30 yang dihapus, indeks kualitas udara Jakarta (AQI) adalah 105 dan partikel halus dengan diameter 2,5 mikro mikro (Partikel Materi/ PM 2.5) adalah 36 mikrogram per meter kubik.
Delhi adalah kota -kota dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan indeks kualitas udara di 256, dan kedua, dan kemudian Kathmandu, Nepal di 213, setelah Lahore, Pakistan juga 206.
Sementara DKI Jakarta menempati posisi ke -15 pagi ini.
Telah terkenal, Badan Lingkungan DKI Jakarta (DLH) akan meniru kota -kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam pengobatan polusi udara.
“ Belajar dari kota -kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Kontrol Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta 111 SPKU saat ini hanya memiliki 5 unit. Di masa depan, kami akan meningkatkan jumlah untuk dapat melakukan intervensi yang lebih cepat dan lebih akurat, ” kata DKI Jakarta DLH, Kuswanto Asep Cap di Jakarta, Selasa (3/18).
Dia menambahkan bahwa penyebaran data adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas udara secara sistematis.
ASEP mengatakan bahwa penyediaan data polusi udara harus lebih terbuka sehingga intervensi bisa lebih efektif. Dia berpikir bahwa apa yang dibutuhkan bukan hanya campur tangan sesaat, tetapi langkah -langkahnya terus menerus dan luar biasa untuk menangani polusi udara.
DKI Jakarta DLH bertujuan untuk menambah 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah agar lebih luas dan lebih tepat.
Leave a Reply