Jakarta (Antara) – Walikota Jakart Munjirin Selatan berfokus pada pemecahan masalah penghindaran pada periode satu hingga dua tahun untuk mewujudkan bayi (tinja terbuka) di wilayah tersebut.
“Saya yakin jika semua orang bekerja, Babs kami tidak perlu lima tahun,” kata Munjirin di Jakarta pada hari Rabu.
Munjirin mengatakan bahwa untuk mempengaruhi area yang mengekspor kebersihan secara keseluruhan, yang membutuhkan perilaku higienis dengan memperkuat posisi masyarakat.
Menurutnya, masyarakat harus dilatih untuk perubahan perilaku, yang meningkatkan pendekatan administrasi berbasis masyarakat yang higienis dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, ia meminta semua organisasi regional dari peralatan (OPD), manajemen lingkungan dan pihak lain untuk berkontribusi pada perlakuan terhadap bayi.
“Untuk mencapai kebersihan lengkap, dukungan kelembagaan dalam bentuk pembinaan terintegrasi pada sektor terkait juga penting,” katanya.
Kepala Kebayoran, Tresia Arthati, menjelaskan bahwa 40 dari 73 Pilar Warga (RW), dinyatakan tanpa bayi, saat ini sedang dalam pekerjaan mereka.
“Mudah -mudahan, RW yang tersisa, yang bukan ODF, akan dipantau setelah pernyataan ini dalam rencana berikutnya untuk menjangkau bayi baru tanpa kayoran,” kata Tresia.
Hygiene keseluruhan komunitas (STBM) didasarkan pada lima pilar, yaitu berhenti feses (SBAB), mencuci tangan dengan sabun, aplikasi air minum di rumah, pengelolaan limbah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair.
Membuat tank septik dalam program STBM berfokus pada 6-10 Kelurahan untuk mencapai area ODF. Satu tangki septik kota dapat digunakan untuk 10-15 kepala keluarga (KK).
Berdasarkan data STBM di kantor provinsi DKI Jakarta, jumlah rumah tangga atau KK, yang pada tahun 2023 mempraktikkan bab hingga 5,47 persen dari KK dari semua KK di provinsi DKI Jakarta.
Leave a Reply