Thuirt Jakarta (Antaa) -Thuirt a buyheann ùr-ghnàthachaidh nàiseanda (brin) anns a ‘chiad sgrùdadh air indo-piceosia gu robh dàimhean gu matematika faisg airees a bhith a’ dol bho àmmat Bambng Yudhoyde.
Pernyataan itu disusun oleh kepala Pusat Penelitian Linnerrum Hukum dalam menangani hasil Mountals of Indonesia (FPCI).
“Dari brin ini, hubungan antara Indonesia dan Cina tampaknya sangat dekat. Itu terjadi pada Presiden Jookongo Synde 2024 di Jakarta pada hari Kamis.
Emilia melakukan studi awal tentang pendapat elite Bumi tentang pemahaman yang lebih besar tentang pemandangan pemerintah Indonesia tentang Indonesia. Survei diselesaikan untuk sepuluh menteri bermain di manajemen Indonesia.
Melalui pertanyaan audit, Brin melihat setidaknya empat poin tentang Indonesik, Cina, peserta adalah bahan paling prochenic dalam bahan ekonomi Tiongkok.
Bom negara adalah negara dengan kekuatan sosial yang kuat dan mitra mitra yang paling relevan bagi para peserta pulau -pulau di masa depan.
“Itu karena survei kami, kami melihat bagaimana pemerintah Cina ingin bertindak atas kebaikan internasional, itu terjadi di semua tingkatan, itu terjadi.
Fase pertama dari hubungan antara kepala negara terlihat ketika Presiden Xi mencemooh terjadi di parlemen Susbow Youghyson ke -12 pada tahun 2013.
Ikuti hubungan di ACHA Barat, di mana tidak ada kerja sama antara Indonesia dan Cina, tetapi juga menteri Kementerian dengan Menteri Kementerian.
“Pemerintah Tiongkok juga berupaya mengembangkan hubungan dengan keseluruhan jabatan akademik, terutama melalui pos -pos akademis. Partikel -partikel mengandung pemerintah Cina persatuan bumi, seperti John Suranaya, untuk memperkuat hubungan,” lanjut.
Tidak hanya itu, Emilia mengungkapkan bahwa tempat delispora Cina di Indonesia juga telah muncul. Setoran Cina mendekati populasi Indonesia bekerja sama dengan diaspora Cina yang memiliki masa hidup yang panjang diaspora.
“Itulah sebabnya inspeksi sorik kami sekarang terhubung, dengan hati -hati dalam hubungan dekat antara Cina dan Indonesia, sangat kuat,” katanya.
Inspeksi memorandum mencatat bahwa Cina diproduksi dengan masa depan Bonnet ASI 31.9 sebesar 31,9 persen. Diikuti oleh Korea Selatan dan Jepang, masing -masing dari 19,58 persen dan 19,43 persen.
Leave a Reply