JAKARTA (Antara) – Menteri Luar Negeri Indonesia Sugo menekankan bahwa diplomasi dan kepemimpinan Indonesia dalam implementasi peran strategis dalam fase internasional akan didasarkan pada nilai -nilai Pankasil.
“Diplomasi Indonesia akan didasarkan pada nilai -nilai Pancasila dengan pelelangan, yang ia sebut sebagai pemimpin strategis,” kata Menteri Luar Negeri Sugono dalam sebuah pernyataan tahunan oleh Menteri Luar Negeri di Jakarta pada hari Jumat.
Menurutnya, ini diciptakan melalui pendekatan visioner yang tidak hanya menanggapi tantangan, tetapi juga memainkan kekuatan positif dalam pembentukan dinamika global secara proaktif.
Menteri luar negeri di dunia telah menekankan dunia yang sekarang menghadapi berbagai krisis, mulai dari konflik dan perang di berbagai belahan dunia, krisis iklim, makanan, energi dan air, serta persaingan antara kekuatan utama.
Di tengah ancaman, ia menyesali solidaritas yang semakin terkikis dan kerja sama global.
“Dunia tidak lagi membutuhkan perpecahan atau kebijakan kekuasaan,” katanya.
Dia juga menekankan bahwa dunia membutuhkan kepemimpinan bersama yang membangun rasa saling percaya dan persatuan, serta manajemen yang berani menghadapi tantangan dengan cara yang inovatif.
“Kita harus berani melakukan perjalanan di jalan yang tidak disilangkan, untuk berbicara dengan cara yang belum pernah dikirim dan dengan membangun jembatan kerja sama yang belum ada sebelumnya,” tambahnya.
Untuk alasan ini, Menteri Luar Negeri Indonesia menekankan bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Prabo, Indonesia terus mengkonfirmasi perannya sebagai pemimpin dalam fase global, mitra tepercaya dan tetangga yang baik.
Sejarah panjang diplomasi Indonesia menunjukkan peran inisiator perubahan, mulai dari Konferensi Asia Afrika tahun 1955, pembentukan ASEAN pada tahun 1967, konsep keadaan kepulauan, yang diakui dalam Konvensi Perserikatan Bangsa -Bangsa (Angkatan Laut (Angkatan Laut (UNCLOS) Dari 1982 hingga prospek ASEAN untuk Indo-Pasifik pada 2019
Dalam setiap fase, Indonesia terus -menerus menjadi bagian dari keputusan dan perbedaan di jembatan, kata Sugono, yang juga ingat bahwa jembatan yang dibangun harus telah disatukan.
Sugono juga menekankan bahwa diplomasi Indonesia akan terus menjadi kekuatan menyatukan, perbedaan dalam jembatan dan menciptakan solusi inovatif di antara kompleksitas tantangan global.
Leave a Reply