Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Mengenal dekat sosok pahlawan putra Betawi di Museum M.H Thamrin 

Jakarta (Antara) – Mohammad Hoesni Thamrin atau dikenal sebagai M. H. Thamrin adalah putra Betawi, yang memiliki peran besar dalam membantu pergerakan kemerdekaan Indonesia, salah satu dari mereka berjuang untuk kesejahteraan bagi orang -orang kecil.

Tidak hanya tertanam sebagai jalan protokol di Jakarta, sebagai pahlawan nasional M. H. Thamrin juga tertanam di museum untuk memperingati perjuangannya.

Terletak di Jalan Kenari II, Senen, Jakarta Tengah, Museum M. H. Thamrin memiliki koleksi perjuangan untuk sosok M. H. Thamrin dan bangunan itu juga memiliki peran untuk membantu perjuangan untuk gerakan kemerdekaan Indonesia.

“Dasar pembentukan museum ini adalah untuk mengingat dan memperkenalkan kepada masyarakat umum tentang perjuangan M. H Thamrin, di gedung ini ada banyak peristiwa penting yang berkaitan dengan kelahiran negara mandiri. Mr. Thamrin sendiri berjuang dan bergerak masuk Era Gerakan.

Lahir di Sawah Besar, Betawi, 16 Februari 1894, M. H. Thamrin adalah putra keempat Thamrin Mohammad Thabrie dan Noerhamah.

M. H. Thamrin berasal dari keluarga kaya, kakeknya bernama Ort British Wiskiness, yang menikah dengan wanita Betawi bernama Nearaini.

Ayahnya Thamrin Mohammad Thabrie pernah menjadi Batavia Wedana, posisi tertinggi nomor dua, yang dibuka untuk masyarakat adat setelah penguasa.

“Ia dilahirkan dari keluarga yang cukup untuk seorang kakek yang masih berdarah Eropa, maka ayahnya juga Wedana, jadi dia juga bekerja di pemerintahan India Timur Belanda karena hampir seluruh keluarganya bekerja di pemerintahan Belanda India Timur, “kata Maya.

Meskipun berada di dalam keluarga, diketahui bahwa Thamrin dengan mudah disatukan oleh kelompok sosial mana pun. Pengalaman masa kecilnya menyadari perbedaan status antara penjajah dan bangsanya sebagai penduduk asli.

Inilah yang mendorong ide -ide politiknya berjuang untuk membantu orang. M. H. Thamrin memulai dunia politiknya menjadi anggota Gemeenterad Batavia (Balai Kota) ke Volksraad (Dewan Rakyat).

“Ketika kita ingin melakukan perubahan, kita harus memiliki posisi, sekarang Thamrin mengambil posisi ini, yang tidak bermain sebagai wakil walikota ketika dia bertugas di Gemeenraad dimulai pada tahun 1919,” kata Maya.

“Kemudian juga di Dewan Volksraad, ia menempati posisi yang menjalankan masyarakat sebagai bidang fasilitas publik, konservasi hewan, penguburan, perumahan umum, bisnis pasar. Di Batavia itu ada di ruang kelas,” lanjutnya.

Di museum ini adalah koleksi dalam memuliakan foto -foto karya perjuangan M. H. Thamrin dan gerakan nasional Indonesia, serta suasana kota Jakarta pada zaman M. H. Thamrin.

Kemudian lukisan, radio, lokasi balbal untuk tempat tidur terakhir, kursi, piring dekoratif, putih, sepeda, dan banyak lagi.

Suasana di Museum M. H. Thamrin yang terletak di Jakarta Tengah, foto itu diambil pada hari Kamis (30/01/2025) (Antara/Sri Dewi Larasati) Maya menjelaskan bahwa bangunan itu dibeli oleh Thamrin pada tahun 1927 oleh pemilik pertamanya dari The Dutchman, Belanda, Belanda, Belanda, Dutchman, Belanda, Dutchman, Belanda, Dutchman, Belanda, Dutchman, Belanda, Dutchman, Dutchman, Dutchman, Dutchman, Dutchman, DutchMan, oleh THAMRIN pada tahun 1927 oleh pemilik Belanda pertama Belanda Disebut Meneer de Haas, yang digunakan sebagai gudang untuk buah -buahan dan rumah jagal atau membantai hewan.

Kemudian bangunan itu diberikan kepada sebuah organisasi yang disebut Asosiasi Politik Nasional Indonesia (PPPKI).

Bangunan itu disebut Gedung Bangunan Indonesia pada tahun 1928 untuk menjadi tempat untuk diskusi dan penyatuan visi dan misi para pejuang kemerdekaan dari berbagai kelompok.

Selain menjadi tempat pertemuan dan diskusi dengan kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan ini juga memiliki peran penting ketika WR. Atas membuat konsep lagu Indonesia Raya.

Salah satu koleksi di Museum M. H. Thamrin yang berlokasi di Jakarta Tengah, foto itu diambil pada hari Kamis (30/01/2025) (Antara/Sri Dewi Larasati) Selain itu, bangunan ini juga digunakan untuk pertemuan, kegiatan organisasi, kegiatan masyarakat masyarakat) , dan pendidikan pendidikan.

“Di sini pertemuan, kongres, dan lainnya, lagu Indonesia Raya juga pertama kali diumumkan menggunakan biola untuk tes dalam janji pemuda, konsep perumusan janji pemuda juga dibahas di sini di gedung ini, jadi bangunan ini memiliki banyak acara yang Embrio kelahiran satu bangsa, “kata Maya.

Museum M. H. Thamrin berjalan dari Selasa hingga Jumat dengan tiket untuk orang dewasa Rp10 ribu, siswa Rp5 ribu, dan wisatawan asing Rp50 ribu. Pada akhir pekan Sabtu dan tiket hari Minggu untuk orang dewasa RP.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *