HAMILTON, Kanada (Antara) – Seorang pejabat PBB mengkritik komunitas internasional yang menurutnya gagal mengambil tindakan tegas untuk mengurangi penderitaan anak-anak di berbagai zona konflik.
“Tangisan anak-anak ini terdengar di semua wilayah konflik, namun seringkali dunia diam,” kata Perwakilan Khusus PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata, Virginia Gamba, dalam pernyataannya menjelang tahun baru.
Menurutnya, dunia harus segera bertindak karena penundaan hanya akan membuat anak-anak hanya menjadi salah satu daftar panjang korban konflik.
Gamba menyoroti meningkatnya jumlah anak yang direkrut oleh kelompok bersenjata di Kolombia, Sahel, Sudan dan Haiti.
“Pembunuhan dan pencacatan anak-anak serta penyerangan terhadap sekolah dan rumah sakit berpotensi menjadi dua pelanggaran paling umum terhadap anak-anak dalam situasi bersenjata pada tahun 2024,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Ia juga mencatat, 30 persen dari jumlah korban ranjau darat dan bahan peledak di berbagai zona konflik seperti Gaza, Sudan, dan Ukraina adalah anak-anak.
Gamba meminta agar bantuan kemanusiaan segera diberikan kepada anak-anak di tempat-tempat tersebut dan pelaksanaannya didasarkan pada hukum humaniter internasional, hukum hak asasi manusia, dan Konvensi Hak Anak.
Ia juga menyerukan penghapusan ranjau dan bahan peledak di daerah berpenduduk dan larangan aksi militer terhadap sekolah.
Semua ini, katanya, merupakan “komitmen penting yang dapat membantu anak-anak bertahan hidup di tengah konflik bersenjata ketika orang dewasa tidak bersedia berkomitmen terhadap perdamaian.”
“Saat memasuki tahun 2025, pilihlah cinta dan perdamaian daripada ketidaktahuan dan perang,” kata Gamba, seraya menekankan bahwa harapan anak-anak penting bagi dunia.
Sumber: Anatolia
Leave a Reply