Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada Rabu, seiring pasar menantikan rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) AS bulan November 2024.
Hingga akhir perdagangan Rabu, rupiah melemah 48 poin atau 0,31 persen menjadi Rp 15.919 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.871 per dolar AS.
“Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ekspektasi investor terhadap pandangan dovish dari beberapa bank sentral G10 di luar AS menjelang rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS minggu ini,” kata Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, saat dihubungi: di Jakarta, Rabu.
Josua mengatakan dolar AS diperdagangkan menguat di tengah ekspektasi pandangan bank sentral global yang lebih dovish.
Bank Sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 4,35 persen, namun mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga pada tahun depan seiring dengan mulai melemahnya inflasi Australia.
Sinyal dari RBA ini menyebabkan dolar Australia melemah 0,98 persen menjadi 0,64, menjadi salah satu mata uang yang melemah paling dalam kemarin, ujarnya.
Selain itu, euro melemah 0,26 persen menjadi 1,05 karena investor menunggu pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) hari ini. ECB diperkirakan akan menurunkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin (bps), dari 3,25 persen menjadi 3 persen pada pertemuan tersebut.
Bank of Canada juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin malam ini. Oleh karena itu, hal ini memberikan tekanan pada mata uang utama terhadap dolar AS. Secara keseluruhan, indeks dolar AS menguat 0,24 persen menjadi 106,40.
“Investor cenderung menunggu keputusan bank sentral utama minggu ini, serta data inflasi AS malam ini,” ujarnya.
Nilai tukar Jakarta Spot Dollar (JISDOR) Bank Indonesia (BI) melemah menjadi Rp 15.905 per dolar pada Rabu dari kurs sebelumnya Rp 15.905.
Leave a Reply