Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Pegunungan Papua tercatat paling rendah sebesar 54,43, namun meningkat paling tinggi se-Indonesia sebesar 1,83%.
“rendahnya IPM karena disebabkan oleh beberapa komponen yang sangat rendah yaitu rata-rata lama sekolah penduduk 25 tahun yaitu hanya di atas 4,21 tahun. Artinya, kalau umurmu 4,21 tahun, kamu baru lulus SD, mungkin sekitar kelas 4 SD,” kata Plt Kepala BPS Amalia A Widyasanti di Jakarta, Jumat.
Selain itu, kata dia, indikator riil pengeluaran per kapita per tahun di provinsi hasil pemekaran tersebut masih tergolong rendah yakni Rp 5,71 juta per tahun.
Komponen lain yang menyebabkan rendahnya IPM adalah angka harapan hidup yang masih tergolong rendah.
Meski demikian, Amalia menyebut provinsi ini memiliki catatan pertumbuhan positif sehingga menjadi pertumbuhan IPM tertinggi di Indonesia sebesar 1,83 persen.
“Pertumbuhan IPM di Provinsi Pegunungan Papua merupakan pertumbuhan tertinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia,” ujarnya.
Dengan demikian, peningkatan tersebut mendukung peningkatan indikator pengeluaran per kapita per tahun sebesar 6,14 persen dan peningkatan indikator rata-rata lama bersekolah sebesar 4,99 persen.
Sementara itu, angka harapan hidup (UHH) juga mengalami peningkatan pada tahun 2024, dari 67,27 pada tahun 2023 menjadi 67,39 pada tahun ini.
“Ada beberapa perbaikan yang sangat baik di pegunungan Papua,” katanya.
Leave a Reply