Jakarta (ANTARA) – Pemain Pelita Jaya Jakarta Andakara Prastawa mengatakan Liga Bola Basket Indonesia (IBL) berkembang sangat cepat menjadi kompetisi berkualitas di tangan atau kepemimpinan Direktur Utama (Dirut) IBL Junas Miradiarsyah.
IBL terorganisir dengan sangat baik dan pertandingannya semakin banyak, kata Prastawa dalam keterangan tertulis yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Senin.
Dengan semakin kuatnya peningkatan kualitas organisasi IBL, maka para pebasket tingkat SMA dan Universitas pun semakin meningkat secara kuantitas dan kualitas, sehingga berdampak baik bagi perkembangan olahraga nasional.
Dengan kualitas seperti itu, lanjutnya, akan banyak bermunculan talenta-talenta baru dan tentunya bagus untuk perkembangan ke depan.
“Sebagai atlet bola basket, kini bisa dikatakan bisa menjadi profesi yang menjanjikan dengan masa depan yang sangat cerah,” kata kapten Pelita Jaya.
Berdasarkan data IBL, Junas menjabat presiden sejak 24 Juli 2019. Tahun 2020 menjadi musim pertamanya memimpin IBL.
Di tengah tantangan pandemi COVID-19, banyak pihak yang menilai Junas mampu menyelenggarakan kontes dengan baik.
Rupanya, karir pria kelahiran 11 Juni 1980 ini menjadi kapten IBL selama hampir enam tahun atau terlama sebagai pemimpin liga.
IBL 2025 merupakan musim keenam bagi Junas, sekaligus ke-22 bagi IBL sejak digelar pada tahun 2003 atau era setelah Kompetisi Utama Bola Basket (Kobatama).
Data IBL menyebutkan Junas telah menorehkan lima prestasi besar selama menjabat sejauh ini.
Prestasi pertama adalah kemampuannya menghidupkan kembali liga profesional di tengah pandemi COVID-19.
IBL lolos dari jurang kehancuran di masa COVID-19, bahkan bangkit dengan berani menjadi liga yang menghentikan kompetisi saat itu, dan melalui perjalanan yang panjang dan tidak mudah.
Namun IBL kembali menjadi yang pertama kembali menghadirkan kompetisi tingkat nasional dengan menerapkan protokol kesehatan dalam ajang olahraga sehingga menjadi pedoman bagi banyak cabang olahraga di Indonesia yang berkonsep menggelar balon (2021).
Prestasi kedua, IBL mencatatkan jumlah peserta kompetisi terbanyak. Setelah masa kontroversi dengan penurunan jumlah peserta pada tahun 2019 (sembilan peserta dari 12), IBL mencapai jumlah peserta terbanyak dari 10 menjadi 16 setelah pandemi dan masa darurat kepercayaan dari berbagai sektor bisnis baru.
Jumlah 16 peserta tersebut merupakan jumlah terbanyak sepanjang sejarah dan akan berlangsung pada musim 2022.
Kemudian, data IBL menyebutkan liga bola basket kasta tertinggi di Tanah Air ini memiliki periode kompetisi terlama dan jumlah pertandingan terbanyak dalam satu musim.
Dari kompetisi IBL periode sebelumnya yang berdurasi 3,5 bulan, saat di tangan Junas 6,5 bulan. Sementara itu, jumlah pertandingannya meningkat dari 97 pertandingan di babak reguler menjadi 240 pertandingan di babak yang sama.
Hal ini menjadikan kompetisi ini menjadi periode terlama dalam satu musim sekaligus jumlah pertandingan terbanyak sepanjang sejarah IBL yang akan berlangsung pada tahun 2023.
Pencapaian paling mendasar keempat adalah penerapan format kompetisi home-away.
Setelah lebih dari 20 tahun kompetisi IBL digarap dengan konsep seri, pihak manajemen sejak tahun 2024 telah merevolusi format tersebut dengan yang baru.
Sistem yang diterapkan menunjukkan bahwa bola basket bukan sekedar kompetisi, namun Junas dan tim berupaya membangun industri olahraga secara konkrit.
Prestasi kelima adalah pemberlakuan kuota tiga pemain asing serta adanya kategori naturalisasi dan warisan (keturunan Indonesia) yang menjadikan IBL “berkelas”.
Semakin banyaknya permainan dengan kualitas yang sangat tinggi maka semakin ketatnya persaingan permainan lokal yang menjadikan persaingan semakin ketat dan berkualitas.
Direktur Utama Liga Bola Basket Indonesia (IBL) Junas Miradiarsyah mengakui perjalanan mengembangkan industri tersebut masih panjang, namun dengan beberapa indikator perbaikan nampaknya persaingan mulai menunjukkan arah yang baik.
Dengan dukungan dan kiprah Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) saat ini, hadirnya FIBA yang berkantor di Indonesia, serta program promosi, penggemar dan pemain bola basket. harus percaya diri dan fokus bersatu untuk melanjutkan olahraga ini.
“Melalui kemajuan menjaga IBL secara profesional, menyelenggarakan acara-acara olahraga, kami percaya bahwa industri melihat potensi besar yang ada dan terlibat serta berpartisipasi dalam menghidupkan olahraga bola basket, menjadikannya kompetitif, menyenangkan dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas olahraga. memulai standar baru untuk penyelenggaraan acara olahraga,” katanya.
Sejak didirikan pada tahun 2003, IBL mengalami pasang surut perkembangan dan dinamika.
Dari segi kepengurusan, IBL telah mengalami beberapa kali perubahan selama 22 tahun terakhir. Mengutip buku “20 Tahun Perjalanan IBL”, disebutkan para pemimpin tersebut antara lain Ary Sudarsono selama satu tahun (2003), Agus Mauro selama tiga tahun (2004-2006), Hasani Abdulgani selama dua tahun (2007-2009), beralih ke NBL di bawah kepemimpinan Azrul Ananda selama lima tahun (2010-2015), dan kemudian ke Hasan Gozali selama tiga tahun (2016-2019). Setelah itu, Junas memimpin IBL hingga saat ini.
Leave a Reply