Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Pensiun 59 tahun, optimalisasi produktivitas versus dilema generasi

Jakarta (Antara) – Peraturan Pemerintah (PP) No.45

Langkah serupa telah diambil di negara-negara maju seperti Jerman, yang menaikkan usia pensiun dari 65 menjadi 67 tahun pada tahun 2012, sementara Perancis akan menaikkannya dari 62 menjadi 64 tahun pada tahun 2023.

Di kawasan ASEAN, Singapura akan menaikkan usia pensiun dari 63 tahun menjadi 65 tahun pada tahun 2030; Malaysia juga telah menaikkan usia pensiun menjadi 60 tahun sejak 2013.

Namun kebijakan tersebut harus mempertimbangkan perbedaan siklus hidup dan keamanan produksi di setiap negara.

Kebijakan ini harus didekati dengan hati-hati, karena menaikkan usia pensiun kemungkinan besar tidak dapat diterapkan secara universal mengingat usia kerja dan tingkat kesejahteraan di setiap negara.

Kebijakan ini juga mempunyai implikasi yang signifikan bagi pekerja lanjut usia yang menghadapi tantangan kesehatan dan produktivitas, serta generasi muda yang mungkin kehilangan kesempatan kerja karena tertundanya pemulihan angkatan kerja.

Tanpa langkah-langkah mitigasi yang memadai, perubahan usia pensiun ini mungkin mempunyai lebih banyak dampak negatif dibandingkan manfaatnya.

Penuaan adalah sebuah tantangan.

Menaikkan usia pensiun berarti pekerja yang lebih tua harus bekerja lebih lama.

Meskipun hal ini dapat memberikan lebih banyak waktu untuk menabung untuk masa pensiun, tidak semua pekerja tetap produktif seiring bertambahnya usia.

Menurut studi yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, produktivitas pekerja setelah usia 55 tahun telah menurun secara signifikan, terutama di sektor padat karya manual.

Selain itu, BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan bahwa 30% pekerja lanjut usia mengalami penurunan kinerja karena gangguan kesehatan.

Risiko kesehatan bagi pekerja meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada industri yang memerlukan aktivitas fisik.

Selain itu, diskriminasi usia di tempat kerja masih menjadi tantangan nyata.

Misalnya, banyak perusahaan lebih memilih untuk mempekerjakan pekerja muda karena mereka lebih mudah beradaptasi dengan teknologi baru, sementara pekerja yang lebih tua diabaikan untuk mendapatkan promosi atau pelatihan ulang.

Fenomena ini terlihat jelas dalam survei global, yang menunjukkan bahwa pekerja berusia di atas 50 tahun mempunyai peluang 30% lebih kecil untuk dipromosikan dibandingkan rekan kerja mereka yang lebih muda.

Banyak pekerja lanjut usia merasa bahwa mereka tidak mampu beradaptasi dengan teknologi baru atau perubahan cepat dalam organisasi.

Di sisi lain, akses terhadap layanan kesehatan yang adil masih menjadi tantangan besar.

Tidak semua perusahaan dapat menyediakan layanan kesehatan yang memadai bagi pekerja lanjut usia, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan yang mempengaruhi kinerja mereka.

Hal ini sangat penting karena stres fisik dan mental meningkat seiring bertambahnya usia.

Pekerja muda

Perubahan usia pensiun akan memberikan dampak yang signifikan terhadap generasi muda.

Kesempatan kerja baru akan sangat terbatas karena lapangan pekerjaan yang seharusnya diisi oleh tenaga kerja muda justru diisi oleh mereka yang sudah memasuki dunia kerja.

Hal ini dapat memperburuk tingkat pengangguran, terutama di kalangan lulusan baru yang sedang mencari pekerjaan pertama.

Hal ini juga menjadi tantangan bagi generasi muda yang saat ini bekerja untuk tetap bertahan di industri tersebut karena lambatnya kemajuan ke posisi strategis.

Generasi muda biasanya membawa inovasi dan ide-ide baru untuk mendorong organisasi agar tetap kompetitif.

Namun jika kebijakan-kebijakan tersebut tidak diimbangi dengan upaya untuk menciptakan ruang yang memadai bagi mereka, maka peluang mereka untuk berkontribusi penuh akan terhambat.

Misalnya, pemerintah dapat mendorong program pendampingan bagi generasi muda untuk melatih pekerja senior, atau mendorong rehabilitasi tenaga kerja bagi perusahaan yang membuka lapangan kerja baru bagi lulusan baru.

Secara ekonomi, kebijakan menaikkan usia pensiun mempunyai dampak positif dan negatif.

Di satu sisi, perpanjangan jangka waktu mengacu pada perpanjangan iuran karyawan pada program pensiun.

Hal ini akan meningkatkan stabilitas dana pensiun dan mengurangi beban keuangan jangka panjang yang ditanggung pemerintah.

Karena semakin banyak peserta aktif yang berkontribusi pada dana pensiun, stok dana ini dapat dikelola dengan lebih baik untuk memastikan manfaat pensiun yang memadai bagi peserta di masa depan.

Namun, dari sudut pandang karyawan, menunda masa pensiun dapat berarti jangka waktu yang lebih lama untuk menerima manfaat pensiun.

Bagi mereka yang bekerja di sektor informal atau memiliki kondisi kesehatan yang buruk, kebijakan ini mungkin dianggap sebagai beban tambahan.

Selain itu, perusahaan mungkin menghadapi biaya yang terkait dengan adaptasi lingkungan kerja dan penyediaan dukungan tambahan bagi pekerja yang lebih tua, seperti program kesehatan atau pelatihan yang lebih ketat.

Di tingkat masyarakat, jika kesempatan kerja bagi generasi muda berkurang, hal ini dapat mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga.

Generasi muda, yang tidak dapat memperoleh pekerjaan atau mengalami penurunan lapangan kerja, menunda pengambilan keputusan penting seperti membeli rumah atau memulai sebuah keluarga, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Menurut Bank Dunia, menunda keputusan tersebut dapat mengurangi konsumsi domestik sebesar 10%, yang akan berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Pemerintah perlu menyeimbangkan perubahan usia pensiun dengan langkah-langkah strategis untuk memastikan kebijakan tersebut memberikan manfaat maksimal.

Misalnya, melatih pekerja yang lebih tua dapat membantu mereka tetap relevan dalam dunia kerja yang terus berubah.

Selain itu, pemerintah harus memperluas akses terhadap fasilitas kesehatan yang terjangkau, terutama bagi pekerja di sektor informal.

Fleksibilitas pekerjaan juga bisa menjadi solusi yang berguna. Memberikan pilihan pekerjaan paruh waktu atau berbasis proyek kepada pekerja yang lebih tua dapat mengurangi tekanan fisik dan mental mereka, sehingga memberikan lebih banyak ruang bagi generasi muda untuk memasuki pasar tenaga kerja.

Langkah ini dapat didukung dengan mendorong perusahaan menerapkan kebijakan yang sesuai bagi pekerja tua dan generasi muda.

Selain itu, menciptakan peluang kerja baru di sektor-sektor berpotensi tinggi seperti teknologi, kesehatan, dan energi terbarukan sangat penting untuk beradaptasi dengan generasi muda.

Pemerintah memberikan keringanan pajak kepada perusahaan yang menciptakan lapangan kerja baru, sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Menaikkan usia pensiun menjadi 59 tahun merupakan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan angka harapan hidup masyarakat dan menjamin keberlanjutan dana pensiun.

Namun kebijakan ini tidak boleh diterapkan secara kaku tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap pekerja lanjut usia dan generasi muda.

Dengan mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat seperti pendidikan, akses terhadap layanan kesehatan, dan menciptakan lapangan kerja baru, pemerintah dapat memastikan bahwa kebijakan-kebijakan ini tidak hanya berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi, namun juga melindungi semua lapisan masyarakat.

Keseimbangan adalah kunci untuk menghindari potensi konflik sosial dan keberhasilan penerapan kebijakan ini.

*) Penulis adalah ekonom dan pakar kebijakan publik di UPNVJ.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *