Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Ini 5 kondisi bisa menghancurkan kepercayaan diri anak

Jakarta (ANTARA) – Rasa percaya diri menjadi landasan pertumbuhan emosional dan sosial anak, hal ini mengajarkan mereka untuk menghadapi tantangan, berani mengambil risiko, dan percaya pada kemampuan yang dimiliki.

Namun, perilaku tertentu—yang sebagian besar tidak disengaja—dapat mengikis kualitas-kualitas penting ini. Berikut lima hal yang tanpa disadari dapat merusak harga diri anak dan cara menghindarinya, dibagikan TimesofIndia, Sabtu (11/11).

Luka tak kasat mata akibat kritik terus-menerus

Anak-anak tumbuh dengan semangat, namun kritik yang terus-menerus dapat meninggalkan luka emosional yang tidak terlihat. Memperbaiki kesalahan memang penting, namun jika nadanya kasar atau terlalu sering, bisa membuat anak mempertanyakan kemampuannya.

Fokus pada umpan balik yang konstruktif. Daripada mengatakan, “Kamu selalu membuat kekacauan,” cobalah, “Ayo kita cari cara untuk membereskannya lain kali.”

Bandingkan mereka satu sama lain

Pernyataan seperti “Kenapa kamu tidak bisa seperti kakakmu?” bisa sangat melukai hati anak. Perbandingan membuat anak merasa tidak mampu dan dapat menimbulkan kebencian terhadap orang yang dibandingkan.

Kiat untuk merayakan kelebihan dan kelebihan unik anak Anda. Gantikan perbandingan tersebut dengan pujian pribadi, seperti, “Saya suka betapa kreatifnya ide Anda!”

Perlindungan kelebihan beban

Meskipun wajar jika Anda ingin melindungi anak Anda dari kegagalan atau kekecewaan, perlindungan yang berlebihan dapat menghambat kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan.

Anak-anak yang tidak boleh melakukan kesalahan mungkin akan tumbuh dengan keraguan terhadap kemampuannya. Biarkan mereka menyelesaikan masalah kecilnya sendiri.

Mulailah dengan tugas-tugas yang mudah dilakukan, seperti mengemas tas sekolah atau menyelesaikan konflik kecil dengan teman.

Abaikan prestasi anak

Tidak mengakui upaya atau keberhasilan seorang anak, besar atau kecil, dapat membuat mereka merasa tidak dihargai.

Seiring berjalannya waktu, mereka mungkin berhenti berusaha karena merasa usahanya tidak berarti. Rayakan pencapaian, bahkan yang kecil sekalipun.

Ucapan sederhana, “Saya bangga padamu karena telah mencoba!” akan sangat membantu dalam membangun kepercayaan diri mereka.

Berikan label negatif

Menyebut seorang anak sebagai “malas”, “pemalu”, atau “canggung” mungkin tidak berbahaya pada saat itu, namun label seperti itu dapat melekat dan membentuk persepsi dirinya.

Seiring waktu, mereka mungkin menginternalisasikan kata-kata tersebut dan menjadi yakin bahwa kata-kata tersebut mendefinisikan siapa diri mereka.

Fokus pada perilaku, bukan sifat. Daripada berkata, “Kamu malas sekali,” cobalah, “Ayo kita lebih proaktif dalam menjalankan bisnismu.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *