Jakarta (ANTARA) – Anggota parlemen Ponorogo Sugiri Sancoko punya alasan khusus untuk tugu Reyog yang tingginya 2 meter dari Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali.
“Pariwisata itu (ibarat) perempuan harus wangi, cantik, lalu wisata harus menarik. Menarik, kalau tidak tinggi, maka cantik. Kami memilih tinggi dan cantik,” kata Sugiri Sancoko usai Perayaan Warisan Budaya Tak Benda Reyog Ponorogo (ICH UNESCO ) acara di Jakarta pada hari Sabtu.
Karena keindahan dan ketinggiannya, dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Ponorogo. Mereka tidak hanya akan melihat monumen yang tinggi dan indah, tetapi mereka juga akan pergi dan belajar.
Aspek edukasi terkait adalah hadirnya museum yang menyediakan berbagai pengetahuan tentang Reyog serta artefak sejarah terkait Ponorogo dan sekitarnya.
“Di sana ada museum dan monumen, jadi tempatnya sangat mendidik dan juga menambah pengetahuan dan budaya. “Jadi kita sangat memperhatikan wisata ramah lingkungan, wisata pendidikan tinggi dan dampak negatifnya,” ujarnya.
Menurut dia, pembangunan siap dimulai tahun ini yang sudah mencapai 95 persen dengan berbagai dukungan internal dan eksternal. Oleh karena itu, pada awal Februari sudah bisa digunakan.
“Tahun ini sudah 95 persen selesai, bangunan induk kemungkinan awal Februari selesai,” ujarnya.
Pembangunan monumen dan museum ini dimaksudkan untuk menarik perhatian wisatawan dari dalam dan luar negeri. Untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi delapan persen dengan partisipasi industri pariwisata.
Tugu Reyog Ponorogo konon memiliki 26 lantai dengan tinggi 126 meter dan konon lebih tinggi dari tugu Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Monumen yang terletak di tanah milik Gunung Gamping, Desa Sampu, Kabupaten Ponorogo ini bernilai 76,6 miliar dolar.
Leave a Reply