JAKARTA (ANTARA) – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) mengatakan menu program “Makanan Bergizi Gratis/MBG” yang dicanangkan pemerintah bisa menggunakan pedoman “Isi Piringku” dari kementerian. Kesehatan. Menentukan sisi dan porsi yang tepat untuk anak – anak.
“Makanya kita juga berharap makanan gratis bergizi, tidak pilih gorengan, sama saja dengan daging yang diolah dan diawetkan,” kata influencer kesehatan PB-IDI DR, Dr Tan Shot Yen, M.Hum saat ngobrol online di Jakarta. Rabu.
Menurut Tan, pemerintah harus memahami konsep makanan sehat saat menerapkan program makan gratis untuk anak-anak. Pola makan yang sehat berarti memiliki bentuk dan rasa yang mendekati wujud asli alam.
Pentingnya pola makan seimbang adalah agar anak dapat memenuhi kebutuhan makronutriennya. Misalnya karbohidrat, protein, dan lemak.
Tan mencontohkan, untuk sarapan pagi, pemerintah bisa menawarkan menu yang meliputi tempe dengan pisang, pesele, longtong, atau Bakem. Menunya terlihat sederhana namun dekat dengan budaya yang ada dan menggunakan bahan makanan lokal.
Sedangkan untuk makan siang, contoh menu yang disarankan adalah jeruk keprok, sop kacang merah, ubi atau singkong, dan telur balado.
Tan juga menyarankan agar pemerintah berhati-hati dalam pemilihan menu yang mencakup delapan jenis makanan dan dapat membahayakan daya tahan tubuh anak.
Yang pertama adalah gula tambahan yang biasa ditemukan pada makanan kemasan seperti jus atau makanan ringan. Gula dan pemanis mengurangi fungsi kekebalan tubuh. Gula darah tinggi mengganggu keseimbangan bakteri usus, sehingga menekan respon imun sehingga lebih mudah terkena infeksi.
Kedua, produk yang mengandung garam, karena dapat menekan fungsi kekebalan normal dan memperburuk penyakit autoimun.
Mengonsumsi makanan kaya omega-6 dapat menyebabkan ketidakseimbangan omega-3. Terlalu banyak produk nabati dan penggunaan minyak goreng menyebabkan kelebihan omega-6.
Kemudian pada makanan yang digoreng, ketika karbohidrat digoreng, terjadi reaksi kimia antara senyawa manis dengan protein dan minyak pada saat menggoreng. Sindrom metabolik juga menyebabkan peradangan,” kata Tan.
Lauk pauk lain yang perlu diwaspadai adalah daging olahan dan kalengan. Tubuh percaya bahwa kadar lemak jenuh yang tinggi dan rendahnya kadar lemak tak jenuh semakin membahayakan sistem kekebalan tubuh.
Makanan cepat saji, tambahnya, juga diam-diam mengandung ftalat dalam kemasan plastik, yang larut ke dalam makanan dan menyebabkan gangguan kekebalan tubuh sehingga menekan keragaman bakteri usus, sehingga mengganggu pola makan.
Menurut Tan, produk ultra-olahan yang mengandung berbagai aditif seperti karbonmetilselulosa (CMC) dan polisorbat 80 (P80), yang digunakan sebagai penstabil tanaman, telah dikaitkan dengan gangguan kekebalan dalam penelitian pada hewan percobaan.
Karagenan, sirup jagung, dan pemanis buatan juga mengganggu sistem kekebalan tubuh, ujarnya.
Jenis lauk terakhir yang disebutkannya adalah karbohidrat olahan, yaitu produk tepung dan gula yang telah melalui proses industri.
Diklasifikasikan sebagai makanan tinggi glikemik, ini meningkatkan gula darah serta insulin, radikal bebas, dan protein inflamasi CRP. Karbohidrat olahan mengubah bakteri usus dan mempengaruhi gangguan kekebalan tubuh.
Leave a Reply