Semarang, Jawa Tengah (Antara) – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan program rehabilitasi tambak tidak aktif di Pulau Jawa Bagian Utara (Pantura) akan mendukung pengembangan industri perikanan dasar di Pulau Jawa.
Trenggono di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu mengatakan, ketersediaan bahan baku ikan menjadi kunci kemajuan industri perikanan dasar. Salah satunya Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya di kawasan itu yang membutuhkan pasokan ikan nila sebanyak 3.600 ton per tahun.
“Bayangkan ada perusahaan kecil yang membutuhkan 3.600 ton ikan nila setiap tahunnya, namun tidak bisa mencukupinya. Tentu saja kekhawatirannya adalah seberapa baik tim papan atas bisa mempersiapkan diri, katanya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menjalankan program menghidupkan kembali tambak yang terbengkalai di kawasan Pantura Jawa seluas 78 ribu hektare.
“Hal inilah yang kemudian menjadi bagian dari permasalahan finansial, dari situ kita melihat ada kebutuhan nyata untuk rehabilitasi kolam Pantura seluas 78 ribu hektare. Mengapa demikian? Kalau bisa dilakukan, jadi memang tidak terjadi apa-apa seperti yang dialami PT Tilapia,” kata Trenggono.
Penerapan tahap pertama akan dilakukan pada tahun 2025 dengan target 20 ribu hektare tambak ilegal di lahan pemerintah. Jenis ikan yang dikembangkan adalah ikan nila asin.
Menurut Trenggono, ikan nila asin menjadi pilihan karena memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, harga jual yang tinggi, dapat diolah menjadi banyak produk turunan, dan telah dilakukan pengembangan budidaya modern melalui sistem percontohan di Karwang, Jawa Barat
“Menurut statistik, produk penelitian yang kami peroleh sekitar 23 miliar dolar AS,” kata Trenggono.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (kiri) melakukan kunjungan kerja ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya di Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (28/12/2024). Antara / Harianto
Dalam kunjungan kerjanya ke kawasan industri, Trenggono menyaksikan langsung proses pengolahan ikan PT Tilapia Nusantara Jaya. Salah satu produk yang kami buat adalah fillet ikan nila beku.
Pabrik tersebut berkapasitas mengolah 15 ton ikan per hari, namun realisasi produksinya hanya 4 – 5 ton per hari. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Selain mengolah ikan nila, perusahaan juga mengolah ikan pelagis dan demersal.
“Prosesnya sangat bagus, ternyata ikan nila bisa kita olah sedemikian rupa, maka tidak akan ada sisa, karena sisa akan mempunyai nilai yang tinggi,” kata Trenggono.
Perusahaan juga siap mengekspor produk olahan perikanan karena memiliki sertifikat mutu yang dikeluarkan KKP.
Dalam kunjungannya, Menteri Trenggono bertemu dengan Pt. Tulisia juga menyerahkan sertifikat HACCP kepada Nusantara Jaya untuk tiga produk yaitu ikan demersal beku, ikan pelagis beku, dan nila beku.
“Jadi kalau kita punya kapasitas produksi massal dengan kualitas yang bagus, saya kira selain untuk kepentingan dalam negeri, kita juga bisa ekspor ke luar negeri,” kata Trenggono.
Leave a Reply