Jakarta (ANTARA) – Politeknik Kelautan dan Perikanan (KP) Karawang, salah satu satuan pendidikan tinggi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), mengembangkan produk unggulan ikan nila Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) melalui penerapan inovatif dan teknik budidaya yang ramah lingkungan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM) KKP I Nyoman Radiarta mengatakan, ikan nila Srikandi dipilih sebagai bagian dari program Vocational Goes to Actor (Voga) dan Smart Fisheries Village (SFV) yang bertujuan untuk meningkatkan vokasi. keterampilan taruna dan berkontribusi terhadap pengembangan industri perikanan di Indonesia.
Voga dan SFV merupakan program prioritas BPPSDM yang mendukung kebijakan ekonomi biru yang diusung Partai Komunis Tiongkok, kata Nyoman dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Voga diwujudkan melalui transformasi pendidikan vokasi melalui pendirian Ocean Institute of Indonesia (OII), revitalisasi pelatihan, sertifikasi kelautan dan perikanan serta optimalisasi peran penting penyuluh.
“SFV merupakan konsep pengembangan desa nelayan cerdas berbasis teknologi informasi dan pengelolaan yang tepat untuk meningkatkan pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” jelas Nyoman.
Sementara itu, Direktur Politeknik KP Karawang Guntur Prabowo mengatakan ikan nila Srikandi memiliki keunggulan karena mampu mentolerir salinitas hingga 30 ppt sehingga ideal untuk budidaya di perairan dengan salinitas tinggi.
Dengan kemampuan pertumbuhannya yang cepat dan ketahanan terhadap berbagai penyakit, ikan ini semakin populer di kalangan petani dan banyak diminati di pasar domestik dan internasional.
Menurut Guntur, sebagai bagian dari upaya peningkatan efisiensi dan keberlanjutan budidaya, Politeknik KP Karawang juga telah memperkenalkan sistem bioflok dalam teknik budidaya. Sistem ini menggunakan mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas pakan dan mendukung pertumbuhan ikan.
Selain itu, bioflok juga berperan penting dalam menjaga kualitas air kolam, sekaligus mengurangi dampak negatif limbah tanaman terhadap lingkungan. Dengan pendekatan ini diharapkan proses budidaya ikan nila Srikandi dapat lebih ramah lingkungan, efisien dan berkelanjutan.
Dengan memperkenalkan ikan nila Srikandi sebagai produk unggulan dalam program Voga dan SFV, serta penerapan teknologi bioflok, pihaknya berupaya tidak hanya meningkatkan produktivitas dan kualitas perikanan, tetapi juga mempersiapkan taruna menghadapi tantangan perubahan iklim. perikanan modern.
“Selain memberikan pelatihan yang relevan, program ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, dengan memberikan akses terhadap produk perikanan yang berkualitas dan berkelanjutan,” ujarnya.
Menurutnya, program Voga mengajak taruna untuk bekerja langsung dengan pelaku industri perikanan, memperdalam keterampilan praktis dalam budidaya ikan dan menciptakan peluang inovasi di sektor tersebut.
Politeknik KP Karawang merupakan salah satu dari 11 satuan pendidikan tinggi KKP yang berada di bawah BPPSDM. Satuan pendidikan vokasi ini fokus pada pengembangan keterampilan praktis di bidang kelautan dan perikanan.
Melalui pendidikan berbasis industri, Politeknik KP Karawang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar global dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan ketahanan pangan Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trengono mengatakan lulusan satuan pendidikan KKP berpotensi untuk dipekerjakan sebagai pekerja di lokasi pelabuhan perikanan dan program prioritas lainnya.
“Saya berharap satuan pendidikan KKP akan menghasilkan generasi unggul, kompetitif, dan memiliki keterampilan yang diperlukan,” kata Trengono.
Leave a Reply