Jakarta (ANTARA) – Anggota Komite
Termasuk, menurutnya, kerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara, Glenmore, Banyuwangi untuk membangun pabrik bioetanol.
“Seiring dengan keinginan Pertamina untuk memproduksi bahan bakar nabati (BBN) yang ramah lingkungan, hal ini tentunya merupakan langkah penting dan patut diapresiasi,” kata Eddy melalui telepon di Jakarta, Rabu.
Ia kembali menegaskan, langkah penting ini karena Indonesia sedang bergerak menuju percepatan transformasi energi, termasuk pengembangan biofuel sebagai pengganti energi.
Ia mengatakan, pembangunan pabrik ini merupakan upaya menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan.
Menurutnya, melalui pengembangan bioetanol, kita berharap dapat meningkatkan kualitas bahan bakar yang tersedia pada periode ini, apalagi negara-negara maju umumnya sudah menerapkan Euro-5.
Oleh karena itu, pengembangan bioetanol merupakan langkah penting bagi Indonesia untuk menghasilkan satu liter bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Di sisi lain, Eddy menilai dukungan pemerintah sangat dibutuhkan agar proyek bioetanol bisa menyusul kesuksesan biodiesel. Apalagi jika ternyata proses produksi bioetanol menghasilkan bahan bakar yang lebih mahal dibandingkan BBM.
“Kalau begitu, perlu dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi atau kompensasi,” ujarnya pula.
Sebelumnya, pengamat energi Inas Nasrullah Zubir juga menilai positif upaya PNRE dalam mendukung pengembangan bioetanol, namun sebagai bahan bakunya tidak boleh hanya mengandalkan pabrik tebu, karena membutuhkan banyak waktu.
Pihaknya menganjurkan bioetanol diperoleh dari berbagai sumber, termasuk penggunaan bahan baku tebu yang tersebar luas hampir di seluruh Indonesia dan mudah ditemukan.
Sementara itu, CEO PNRE John Anis mengatakan pihaknya memiliki peta jalan pengembangan bioetanol hingga tahun 2031 untuk mendukung dekarbonisasi di sektor transportasi karena pada tahun 2034 diperkirakan kebutuhan biofuel akan mencapai 51 juta liter.
Terkait hal tersebut, Pertamina NRE mulai bekerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) untuk membangun pabrik bioproses di Banyuwangi, Jawa Timur, dengan kapasitas produksi 30 ribu kiloliter (kl) per tahun.
Leave a Reply