Beirut (Antara) – Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem memperingatkan bahwa kesabaran kelompok perlawanan Lebanon bisa habis jika Israel melanggar perjanjian gencatan senjata.
Menanggapi kritik atas diamnya kelompok tersebut terhadap pelanggaran yang dilakukan Israel, Qassem mengatakan dalam pidatonya di televisi pada hari Sabtu bahwa keputusan untuk melawan Israel, termasuk senjata apa yang akan digunakan, berada di tangan para pemimpin Hizbullah.
“Kami mungkin kehabisan kesabaran… dan ketika kami memutuskan untuk bertindak, Anda akan segera mengetahuinya,” Qasim memperingatkan.
Dia mengatakan perjanjian gencatan senjata hanya berlaku di wilayah selatan Sungai Litani dan Lebanon bertanggung jawab memaksa Israel untuk mematuhi perjanjian tersebut.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Israel harus secara bertahap menarik pasukannya ke selatan Garis Biru, perbatasan de facto, dan tentara Lebanon harus dikerahkan ke selatan dalam waktu 60 hari.
Resolusi PBB 1701, yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, menyerukan penghentian total permusuhan antara Hizbullah dan Israel.
Selain Tentara Lebanon dan UNIFIL, resolusi tersebut juga menyerukan pembentukan zona bebas senjata di Lebanon selatan antara Garis Biru dan Sungai Litani.
Setidaknya 4.063 orang, termasuk perempuan, anak-anak dan pekerja medis, tewas sejak serangan Israel di Lebanon pada 8 Oktober 2023, dan 16.664 lainnya luka-luka.
Sumber: Anadolu
Leave a Reply