Jakarta (Antara) – Pemerintah antara lain berharap dapat meningkatkan kualitas hidup Indonesia dengan mendorong tingkat polusi perkotaan tertinggi di Indonesia, khususnya Jabodetabek, yang berada pada puncak musim kemarau antara bulan Juni hingga Agustus setiap tahunnya. Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan standar Euro 4.
Hasil kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Perubahan Iklim (RCCC UI) Universitas Indonesia, Komite Utama Penghapusan Bensin (KPBB) dan Pusat Reformasi Pelayanan Esensial Indonesia (IESR) bekerja sama dengan Reformasi Ekonomi ( CORE) menunjukkan bahwa mulai tahun 2025 hingga 2030 Penerapan Euro 4 bahan bakar dapat mengurangi polusi udara di Jabodetabek.
CEO IESR Fabby Tumiwa kepada media di Jakarta, Selasa, mengatakan penerapan bahan bakar Euro 4 mampu menurunkan partikel pencemar (PM) sebesar 2,5 hingga 96 persen dan SOx, NOx sebesar 82-98 persen.
Sementara itu, beban polusi kendaraan diproyeksikan meningkat sekitar 30-40 persen pada tahun 2030 tanpa perubahan akibat peningkatan jumlah kendaraan dan aktivitas lalu lintas.
Menurut Fabi Tumiwa, polusi udara di Jakarta telah meningkatkan beban biaya kesehatan terkait polusi, seperti pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan penyakit jantung iskemik.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menunjukkan bahwa klaim medis terkait polusi udara di Jakarta akan mencapai hampir Rp 1,2 triliun pada tahun 2023, dengan penyakit jantung iskemik menyumbang Rp 471 miliar. serta influenza dan pneumonia menyumbang Rp409 miliar.
Oleh karena itu, Indonesia harus segera melaksanakan Euro 4 dengan didukung kebijakan yang terintegrasi, serta pengawasan dan penegakan peraturan yang ketat,” tegasnya.
“Pemerintah harus memastikan kesiapan kilang dalam negeri untuk memenuhi bahan bakar Euro 4. Meski memerlukan investasi besar, kolaborasi antara pemerintah dan swasta di bidang teknologi dan infrastruktur kilang akan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan, kesehatan, dan perekonomian,” kata Fabi. .
Ilham Surya, analis kebijakan lingkungan IESR, dalam paparannya mengatakan penerapan Euro 4 akan meningkatkan biaya produksi bahan bakar sekitar Rp 200. Oleh karena itu, pemerintah perlu menciptakan ruang fiskal untuk mengantisipasi dampak ekonomi dari penerapan peta jalan Euro 4.
Selain itu, pemerintah juga harus menyiapkan rencana pembiayaan untuk meningkatkan biaya produksi bahan bakar dengan berbagai syarat, seperti biaya tambahan yang dibayar pemerintah jika ditanggung konsumen atau dengan membatasi akses bahan bakar bersubsidi bagi kelompok sosial tertentu.
“Penelitian ini secara khusus mengevaluasi dampak peningkatan kualitas udara terhadap tiga penyakit dari daftar 12 penyakit akibat polusi di Jakarta, yaitu pneumonia, penyakit jantung iskemik, dan PPOK. Pengurangan biaya secara keseluruhan dengan mengurangi persyaratan BPJS untuk pengobatan tersebut. Ketiga penyakit tersebut diperkirakan mencapai Rp550 miliar pada tahun 2030, dengan pneumonia sebesar Rp246 miliar, penyakit jantung iskemik Rp268 miliar, dan PPOK Rp36 miliar,” kata Ilham.
Kajian tersebut mendesak pemerintah untuk menerapkan Euro 4 dengan memastikan ketersediaan bahan bakar Euro 4 sesuai peta jalan, serta kesiapan memasok kilang dalam negeri.
Meski peningkatan kualitas bahan bakar merupakan langkah penting, menurut Ilham, langkah tersebut harus didukung dengan berbagai kebijakan transportasi berkelanjutan lainnya, antara lain transportasi umum yang nyaman, standar kualitas emisi yang lebih ketat dan penghematan bahan bakar bagi kendaraan bermotor, peralihan ke kendaraan listrik. Juga penerapan manajemen lalu lintas yang ramah lingkungan.
Mirza Mahendra, Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan upaya peningkatan kualitas bahan bakar dilakukan secara bertahap sesuai peta jalan yang telah disusun.
Langkah tersebut dibarengi dengan berbagai kebijakan yang juga bertujuan untuk mengurangi polusi di sektor transportasi.
Misalnya mendorong konversi sepeda motor tradisional ke sepeda motor listrik atau mengembangkan angkutan umum. Jadi bukan hanya bahan bakarnya saja tapi aspek lainnya juga, kata Mirza.
Leave a Reply