Beijing (ANTARA) – National University of Mongolia (NU), universitas negeri tertua di Mongolia, disebut tertarik membuka Rumah Kebudayaan Indonesia.
Rektor MU menyampaikan tertarik untuk mendirikan ‘Indonesian Cultural Center’ atau Rumah Kebudayaan Indonesia di universitas tersebut. NUM nantinya akan menyiapkan ruangan dan mitra Indonesia akan mengisinya dengan barang-barang seperti baju adat, kuliner oleh-oleh kelezatan dan berbagai promosi budaya dari Indonesia dan termasuk pariwisata,” kata Yudil Chatim, Pendidikan dan Atase Kebudayaan di Beijing, Beijing, China, Kamis (12/12).
Demikian hasil pertemuan Rabu (11/12) dengan Yudil Chatim dan Devi Avilia, Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Beijing. Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Beijing Destarata Hamarsan; dan tim lainnya bertemu dengan Rektor NUM Ochirkhuyag Bayanjargal, Wakil Kepala Penelitian dan Kerjasama NUM Gombobaatar Sundev, dan Direktur Akreditasi Pusat Profesional Penerjemahan Egshig Shagdarsuren di kampus NUM di Ulaanbaatar, Mongolia.
“Kemudian kita bisa membuka Kursus Bahasa Indonesia untuk Orang Asing (BIPA) yang merupakan bagian dari Rumah Kebudayaan Indonesia,” kata Yudil.
Selain itu, dibahas juga potensi “joint degree program” dimana mahasiswa akan belajar 2 tahun di MUSU dan 2 tahun lagi di universitas di Indonesia atau “program non-gelar”.
“Contohnya bisa membuat ‘penelitian bersama’ di bidang pertanian dan peternakan, karena Mongolia punya banyak peternakan,” kata Yudil.
Menurut Yudil, yang penting NUM ingin mendirikan laboratorium halal di lingkungan NUM.
“Mereka bermitra dengan Malaysia karena mereka memiliki sekitar 7 juta sapi seperti sapi dan kambing, harganya sangat kompetitif dibandingkan negara pengekspor daging lainnya seperti Australia dan Selandia Baru, tetapi merek tersebut memerlukan sertifikat halal untuk masuk. Indonesia juga.
Dengan adanya Halal Lab, diharapkan NUM juga bisa mempelajari teknologi pengolahan daging Halal dari Indonesia.
“Pada bulan Februari atau Maret tahun depan direncanakan akan dilakukan pertemuan antara NUM dengan perguruan tinggi di Indonesia. Sementara UB menyambut positif dan masih menawarkan perguruan tinggi lain seperti Universitas Diponegoro, Universitas Hasanuddin, Institut Pertanian Bogor dan lain sebagainya,” kata Yudil.
Diakui Yudil, saat ini belum ada kerja sama antara universitas Indonesia dengan universitas Mongolia.
Universitas Nasional Mongolia (NU) adalah universitas pertama yang didirikan di Mongolia pada tahun 1942 dan saat ini dianggap sebagai universitas pertama di Mongolia.
Universitas ini memiliki 811 dosen, 50 departemen dan 415 program perkuliahan di bidang humaniora, ilmu sosial, ilmu alam, teknologi, bisnis, hukum dan bidang lainnya.
NUM juga memiliki 15 program “joint degree” dengan 8 universitas lainnya. Dana penelitian NUM telah mencapai 13,5 miliar tugrik atau Rp 63 miliar.
Mahasiswa NUM saat ini berjumlah 26.158 orang, 3,7 persen di antaranya merupakan mahasiswa asing dari 23 negara, terbesar adalah Tiongkok (790 orang), disusul Rusia (61 orang), Korea Selatan (45 orang), Laos, dan Jepang (16 orang). seperti negara lain. Ada 80.000 NUM lulusan di 40 negara.
Leave a Reply