Teheran (Antara) – Iran dijadwalkan mengadakan pembicaraan mengenai masalah nuklir dengan tiga negara Eropa, Prancis, Jerman, dan Inggris (E3) pada 29 November.
Pembicaraan tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan mengenai resolusi yang diluncurkan ketiga negara dan resolusi yang disahkan oleh badan nuklir PBB.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ismail Baghai mengatakan pada hari Minggu bahwa wakil menteri luar negeri keempat negara akan bertemu untuk membahas “masalah bilateral, regional dan nuklir”.
Namun, dia tidak mengumumkan tempat pertemuan tersebut.
Pengumuman tersebut muncul beberapa hari setelah Iran mengaktifkan serangkaian sentrifugal baru dan canggih sebagai tanggapan terhadap resolusi yang disahkan oleh badan pengatur Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Dirancang oleh Perancis, Jerman dan Inggris dengan dukungan AS, resolusi tersebut diadopsi Kamis lalu pada pertemuan dewan di Wina.
Resolusi tersebut mengkritik Iran karena “gagal bekerja sama sepenuhnya” dengan badan nuklir PBB dan meminta Teheran untuk menanggapi kekhawatiran tentang partikel uranium yang diduga ditemukan di dua lokasi nuklirnya.
Resolusi tersebut didukung oleh 19 suara, dengan Rusia, Tiongkok dan Burkina Faso menolaknya dan 12 anggota lainnya abstain.
Sebagai tanggapan, Iran mengaktifkan sejumlah besar mesin sentrifugal canggih, sesuai dengan “hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Keamanan Komprehensif,” dengan tujuan “melindungi kepentingan negara dan memajukan industri nuklir damai.”
Dalam pernyataannya, Baghai menegaskan kembali kebijakan “prinsip” Iran yaitu “dialog dan kerja sama dengan negara lain” dan menekankan bahwa pembicaraan mendatang akan diadakan bersamaan dengan Majelis Umum PBB di New York. .
Dia mengatakan putaran baru perundingan yang direncanakan di Majelis Umum PBB “akan mencakup berbagai masalah regional dan internasional, termasuk situasi di Palestina dan Lebanon serta masalah nuklir”.
Pemerintahan baru Iran, yang dipimpin oleh Presiden Massoud Pezheshkian, berjanji akan membuka kembali jalur komunikasi dengan Barat dan meringankan sanksi. Namun, berbagai peristiwa dan perkembangan terkait di Jalur Gaza dan Lebanon telah menghambat upaya ini.
Diplomasi nuklir dengan Iran terhenti pada masa jabatan terakhir Presiden terpilih AS Donald Trump, ketika Washington menarik diri dari perjanjian nuklir tahun 2015 antara Iran dan enam negara besar yang membatasi program nuklir Teheran dengan imbalan pelonggaran sanksi internasional.
Sumber: Anadolu
Leave a Reply