JAKARTA (ANTARA) – Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), sebuah forum kerja sama negara-negara produsen kelapa sawit yang diprakarsai oleh Indonesia dan Malaysia, berupaya bersama generasi muda untuk menghilangkan stigma negatif terhadap komoditas tersebut melalui Duta Pemuda Kelapa Sawit ( YA )).
Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman di Jakarta, Jumat (29/11) malam, mengatakan banyak stigma negatif terhadap industri budidaya dan pengolahan kelapa sawit yang dianggap menjadi penyebab kebakaran dan penggundulan hutan sehingga tidak ramah lingkungan. . ramah
“Para duta besar ini mempromosikan bahwa hal tersebut tidak terjadi dan produk sawit yang mereka hasilkan adalah minyak sawit berkelanjutan,” ujarnya kepada awak media usai menghadiri upacara peluncuran program YEA gelombang kedua.
Ia mengatakan program ini menyasar masyarakat berusia 17 hingga 30 tahun, karena generasi muda merupakan generasi yang sangat dekat dengan media sosial yang merupakan platform efektif untuk menyebarkan gerakan pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan.
“Kami sangat berterima kasih kepada para duta muda ini (duta muda Elaeis) atas semangat dan dedikasinya. Oleh karena itu, kami akan memperluas (program) karena jika dibiarkan maka persepsi negatif terhadap sawit akan terus ada,” kata Rizal.
Ia mengatakan pada tahun berikutnya, implementasi rencana tersebut akan diperluas tidak hanya ke negara-negara penghasil minyak sawit seperti Nigeria, namun juga ke beberapa negara konsumen minyak sawit besar seperti Belanda dan Amerika Serikat untuk menghilangkan diskriminasi terhadap komoditas tersebut. , khususnya di Uni Eropa.
“Sekarang, penggunaan ‘label bebas minyak sawit’ mulai menurun,” ujarnya.
Selain memperbanyak negara peserta, ajang YEA tahun ini juga menambah kategori evaluasi peserta, dengan total empat kategori yaitu “Petani Kecil”, “Reuse and Recycling”, “Health and Nutrition” dan “Climate Action”.
Pada YEA 2023, hanya ada tiga kategori penilaian untuk pemenang proyek, yaitu “Petani Kecil”, “Pembangunan Berkelanjutan” dan “Ekonomi Sirkular”.
Lusita, seorang YEA dari Indonesia, mengatakan bahwa program ini memungkinkannya untuk memahami bagaimana minyak sawit berperan dalam mendukung perekonomian lokal dan pembangunan berkelanjutan.
“Saya ingin mendorong generasi muda untuk lebih memahami pentingnya industri kelapa sawit bagi perekonomian dan keberlanjutannya. Saya bangga bisa berbagi cerita positif tentang kelapa sawit melalui media sosial saya,” ujarnya.
Sementara itu, Izzuddin Bin Tuah, seorang YEA asal Malaysia, mengatakan program ini memberinya kesempatan untuk belajar dan memperluas jaringan dari berbagai negara.
“Proyek ini memungkinkan saya untuk terhubung dengan teman-teman dari berbagai negara dan kami belajar banyak tidak hanya tentang kelapa sawit tetapi juga tentang ekosistem yang kami lindungi,” katanya.
Duta muda kelapa sawit lainnya, Juliette Martinez dari Honduras, juga mengatakan bahwa melalui proyek ini dia belajar lebih banyak tentang industri kelapa sawit dan dampaknya terhadap ekosistem global.
“Kesempatan untuk belajar dan berbagi pengetahuan ini dengan komunitas saya sangatlah berharga. Saya berharap generasi muda di seluruh dunia terinspirasi untuk lebih peduli dan berbagi pengetahuan tentang keberlanjutan,” ujarnya.
Pendaftaran skema YEA Batch 2 dimulai pada tanggal 22 November 2024 dan berakhir pada tanggal 30 Juni 2025. Pemenang rencananya akan diumumkan pada 21 November 2025.
Negara asal yang dapat mengikuti program ini adalah Indonesia, Malaysia, Honduras, Kolombia, Ghana, Papua Nugini, Nigeria, Thailand, India, China, Pakistan, Belanda, Italia, Spanyol, Jerman, Belgia, Prancis, Amerika Serikat dan Inggris Raya.
Leave a Reply