Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Mediasi gencatan senjata raih momentum, warga Gaza dambakan perdamaian dan kehidupan normal

Gaza (ANTARA) – Bahaa al-Laqta, warga Palestina berusia 29 tahun, meninggal pada Selasa (17/12) setelah mengumumkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran sandera akan dilaksanakan kecuali Israel memberlakukan persyaratan baru. harapan untuk kehidupan yang damai setelah perang berakhir.

“Semua yang terjadi di Gaza menunjukkan bahwa kita tidak bisa hidup damai, tapi kita tidak punya kesempatan untuk mengubah situasi, kita semua adalah warga negara yang tidak bersalah,” kata Laqta, warga Palestina dari Kota Gaza. tempat berlindung. Tempat penampungan darurat di Deir al-Balah, Gaza tengah.

“Meskipun kami tidak terlibat dalam permusuhan terhadap Israel, kami harus mengeluarkan banyak uang untuk perang ini. Kami berharap dapat hidup damai dengan warga Israel tanpa terlibat perang apa pun,” tambahnya.

Warga Palestina menuangkan roti ke dalam oven tanah liat di sebuah rumah yang rusak di Deir al-Balah, Gaza tengah, pada 15 Desember 2024. ANTARAH/Xinhua/Rizek Abdeljawad Hamas melancarkan serangan besar-besaran ke Israel sebagai balas dendam terhadap Hamas. Pada tanggal 7 Oktober 2023, sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang disandera dalam serangan di perbatasan selatan Israel. Dalam beberapa minggu terakhir, pembicaraan tidak langsung mengenai gencatan senjata di Gaza semakin intensif. Pada hari Selasa, Hamas menggambarkan pembicaraan gencatan senjata di Doha, Qatar sebagai sesuatu yang “serius dan positif”.

Jumlah warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza telah mencapai 45.097 orang, pejabat kesehatan Gaza mengumumkan pada Rabu (18/12).

Sejauh ini, sekitar 80,5 persen Jalur Gaza berada di bawah perintah evakuasi aktif, tidak termasuk perintah evakuasi yang kemudian dicabut, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa.

Perundingan perdamaian tidak langsung antara Israel dan Hamas terhenti dalam beberapa bulan terakhir, dengan Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat yang memimpin perundingan tersebut.

Khalil al-Bardawil, seorang warga Palestina yang mengungsi di Deir al-Bala dari Beit Lahiya di utara Gaza, mengatakan dia sedang menunggu kabar baik tentang gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

“Meskipun terjadi konflik berdarah di Gaza dan situasi kemanusiaan yang sangat mengkhawatirkan, saya masih berharap adanya gencatan senjata dan kembalinya kehidupan normal pada tahun 2025,” kata Mohammed al-Habib, seorang warga Palestina yang meninggalkan Deir al-Balah.

Ayah enam anak berusia 46 tahun ini terpaksa meninggalkan rumahnya pada Mei lalu ketika pasukan Israel menyerang kota Rafah di Gaza selatan. Namun, ia memiliki harapan untuk masa depan keluarganya.

“Saya merasa sangat beruntung ketika kami selamat dari serangan Israel, jadi saya berharap kami bisa selamat dari perang yang mengerikan ini,” ujarnya.

“Saya berharap saya bisa melanjutkan hidup saya ketika saya kembali ke Rafah. Sekalipun tentara menghancurkannya, kami bisa membangunnya kembali,” ujarnya.

Orang-orang terlihat di dalam gedung yang rusak setelah pemboman Israel terhadap kamp pengungsi al-Nuseirat di Gaza tengah pada 12 Desember 2024. ANTARAH/Xinhua/Marwan Daud berharap perundingan tersebut berakhir, dengan harapan warga Gaza dapat melanjutkan upayanya. hidup.

“Saya kehilangan segalanya, rumah saya, pekerjaan saya, hidup saya dan ketiga anak saya. Saya ingin kembali ke tanah air dan hidup damai,” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *