Jakarta (ANTARA) – Memahami sinyal tubuh seperti perubahan hormonal penting untuk mendeteksi dini kanker payudara, salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita.
Seperti dikutip dalam siaran Hindustan Times, Minggu (30/12), konsultan bedah onkologi dan ahli bedah onkoplastik payudara Dr. Bhavisha Ghughare mengatakan fluktuasi hormonal merupakan bagian dari kehidupan wanita yang terjadi pada masa pubertas, menstruasi, kehamilan dan menopause.
“Namun, beberapa perubahan ini dapat mengindikasikan tanda-tanda awal kanker payudara, jadi penting untuk mewaspadainya. Mengidentifikasi tanda-tanda ini sejak dini dapat menyelamatkan nyawa,” kata Dr. Ghughare dari HCG Cancer Center di Borivali, Mumbai, India. .
Ia menjelaskan, kanker payudara terjadi ketika pertumbuhan sel yang tidak terkendali di payudara menyebabkan terbentuknya tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Menurutnya, hormon estrogen dan progesteron berperan penting dalam proses tersebut. Keduanya mengatur perkembangan dan pembentukan jaringan payudara.
Namun, bila keseimbangan ini terganggu atau produksi hormon berlebihan menyebabkan pertumbuhan sel tidak teratur sehingga membuat orang lebih mungkin terkena kanker payudara, ujarnya.
Ia mengatakan, kisaran normal kadar estrogen dalam tubuh wanita tidak boleh lebih dari 30 hingga 400 pikogram per mililiter (pg/mL) setelah menstruasi, dan 0 hingga 30 pg/mL setelah menopause.
Sedangkan menurutnya, kadar hormon progesteron berfluktuasi selama siklus menstruasi bahkan saat hamil.
Tingkat progesteron 2 hingga 25 nanogram/mililiter (ng/ml) pada fase luteal siklus menstruasi dan 10 hingga 290 ng/mL pada berbagai tahap kehamilan dianggap normal.
Kadar hormon testosteron dalam tubuh tidak boleh melebihi 15-70 nanogram per desiliter (ng/dL) atau 0,5-2,4 nanomol per liter (nmol/L).
Dr Ghughare menjelaskan bahwa tubuh wanita terus berkembang, dan hormon seperti estrogen, progesteron, dan testosteron adalah penyebab utama perubahan tersebut.
Perubahan hormonal diperlukan untuk mendukung fungsi tubuh manusia. Namun jika terjadi terus menerus dan dalam jumlah banyak, perubahan hormonal dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Selama kehamilan, tubuh wanita harus melepaskan progesteron dan estrogen dalam jumlah tinggi untuk menyediakan nutrisi bagi janin.
Namun paparan hormon tersebut dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan berkembang biaknya sel-sel payudara yang seringkali menjadi ganas.
Tubuh wanita memproduksi hormon steroid seperti estrogen selama siklus menstruasi dan hal ini secara langsung mempengaruhi perkembangan dan fungsi payudara.
Paparan estrogen meningkat ketika seorang wanita mengalami menstruasi dini atau mengalami menopause terlambat.
Paparan hormon ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya sel-sel atipikal pada payudara dan meningkatkan risiko kanker payudara.
Ketika wanita mendekati masa menopause dan tubuh mereka tidak mampu memproduksi hormon reproduksi yang cukup, mereka mungkin perlu menjalani terapi penggantian hormon.
Terapi ini melibatkan penyuntikan hormon sintetis ke dalam tubuh, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan progesteron dan estrogen.
“Ketidakseimbangan hormon adalah hal yang tidak dapat dihindari, namun dengan mengambil tindakan pencegahan, wanita dapat mengurangi peluang mereka terkena kanker payudara,” kata Dr. Ghughare.
Menurutnya, penting bagi wanita untuk mengetahui bagaimana perubahan hormonal dapat mempengaruhi kondisi tubuh dan cara mencapai keseimbangan hormonal.
“Dengan memahami bagaimana hormon mempengaruhi risiko kanker payudara, perempuan dapat mengontrol pilihan kesehatan mereka,” katanya.
Ia menjelaskan, cara alami menjaga keseimbangan hormonal dalam tubuh antara lain dengan menerapkan pola hidup sehat. Misalnya rutin berolahraga, mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh, menjaga berat badan tetap optimal, serta menghindari alkohol dan tembakau.
Dr Ghughare juga berbagi pentingnya menjadwalkan mammogram dan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.
Leave a Reply