Jakarta (ANTARA) – Analis mata uang Finex Brahmantya Himawan mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah di tengah meningkatnya konflik antara Ukraina dan Rusia.
Pada awal perdagangan Kamis, rupee melemah 43 poin atau 0,27 persen menjadi Rp 15.914 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.871.
Permintaan dolar AS juga meningkat karena menjadi mata uang safe haven di tengah meningkatnya konflik antara Ukraina dan Rusia dan Putin baru-baru ini berbicara tentang senjata nuklir, kata Brahmantya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ketegangan geopolitik juga mendukung dolar AS karena merupakan mata uang safe haven dimana geopolitik memanas dan mendorong arus menuju mata uang safe haven dunia.
Selain itu, pelemahan rupee juga dipengaruhi oleh Trump Trade yang berujung pada penguatan dolar AS secara pesat pasca kemenangan Donald Trump yang kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.
Brahmantya mengatakan, rupiah berpotensi diperdagangkan pada kisaran harga Rp15.900 per dolar AS hingga Rp16.100 per dolar AS pada hari ini.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terus mempertahankan suku bunga acuan BI rate sebesar enam persen pada rapat Dewan Pengurus (RDG) yang diselenggarakan pada 19-20 November 2024 untuk mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah.
Berikutnya, agenda Presiden Prabowo adalah menurunkan nilai dolar AS dengan mendorong hilirisasi perdagangan enam produk pertanian strategis. Enam produk yang diprioritaskan dalam program hilirisasi pertanian adalah kelapa, cengkeh, kelapa sawit, lada, kakao dan kopi karena memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik produksi maupun ekspor. Indonesia memiliki potensi ekspor yang sangat besar, dan diharapkan dapat menambah nilai hilir setidaknya 20 kali lipat. Nilai tambah yang tinggi ini diharapkan dapat memperkuat posisi rupee terhadap dolar AS dan bertujuan untuk mendevaluasi dolar AS.
Leave a Reply