JAKARTA (ANTARA) – Olimpiade Paris bisa dianggap sebagai salah satu perhelatan terpenting tahun 2024 dalam dunia olahraga. Di ajang olahraga terbesar dunia itu, Indonesia membawa pulang dua medali emas dan satu perunggu yang diraih tiga atlet muda berprestasi.
Di industri panjat cepat, Veddriq Leonardo tampil sebagai juara setelah memuncaki Le Bourget Climbing Venue di Paris dalam waktu 4,75 detik, unggul 0,02 detik dari pesaing kuat Tiongkok Wu Peng di babak final.
Boleh dikatakan, pendaki berusia 27 tahun itu harus melalui perjalanan yang relatif sulit untuk lolos ke Paris sebelum meraih medali emas pertamanya di cabang panjat tebing di Olimpiade.
Ia masih ingat momen gagal mengamankan tempat saat tersingkir di Kualifikasi Asia November 2023 di Jakarta. “Saya harus lebih fokus dan konsisten untuk menatap kualifikasi selanjutnya,” kata Veddriq saat itu.
Dengan statusnya sebagai juara dunia tiga kali (2021-2023), tiga medali Asian Games, dan delapan medali Piala Dunia ISFC, Veddriq memang menjadi salah satu harapan terbaik Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Paris.
Ia pun mengamankan tiket ke Paris usai lolos ke turnamen kualifikasi terakhir, Seri Ludovika, Budapest, Hongaria, Juni 2024.
Mengingat segala “hampir” yang telah diraih Veddriq sebelumnya – hampir meraih emas di Asian Games Hangzhou 2022 dan hampir mengalahkan Rahmad Adi Mulyono di kualifikasi Asia, dengan manis pendaki asal Pontianak itu membalasnya di Paris.
Emas kedua Indonesia di Olimpiade Paris 2024 diraih atlet muda Rizki Juniansyah setelah ia menjadi juara di nomor 73 kg putra di South Paris Arena 6 Prancis.
Atlet angkat besi berusia 21 tahun itu menjadi atlet Indonesia ke-15 yang berhasil meraih medali emas Olimpiade. Dia menjadikan angkat besi sebagai olahraga ketiga, setelah bulu tangkis dan panjat tebing, yang memenangkan medali emas Olimpiade.
Tak hanya meraih medali emas, Rizki juga mencetak rekor Olimpiade 199 kg sehingga total angkatannya mencapai 354 kg, tertinggi dibandingkan kompetitor lainnya.
Rizki sudah lama terlihat sukses di Olimpiade Paris 2024 sejak meraih medali emas Kejuaraan Dunia 2024 di Phuket, Thailand, dan medali perak kelas 73 kg Kejuaraan Dunia 2022 di Bogotá, Thailand.
Ia juga meraih medali emas di kelas yang sama pada Islamic Solidarity Games 2021 di Konya, Turki.
Ia sebelumnya meraih medali emas pada Kejuaraan Angkat Besi Junior Dunia 2021 di Tashkent, Uzbekistan, dan setahun kemudian di Heraklion, Yunani.
Halaman selanjutnya: Perunggu bulu tangkis putri
Medali terakhir diraih oleh bulu tangkis, cabang olahraga akar rumput yang setia membekali Indonesia dengan medali di Olimpiade.
Di tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung menunjukkan kegigihan dan ketangguhannya hingga berhasil menjadi semifinalis dan peraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024.
Dia kalah secara terhormat. Dalam laga yang berlangsung selama dua jam itu, Gregoria kalah dari An Se Young 21-11, 13-21, 16-21.
Meski masih belum bisa mengalahkan unggulan teratas, namun harus diakui Gregoria memberikan perlawanan yang kuat dan menunjukkan kekuatan bertarung yang menggetarkan hati dan jiwa setiap orang yang melihatnya.
Medali perunggu Olimpiade Paris 2024 ini juga menjadi kali pertama diraih putri Indonesia di nomor individu sejak Maria Kristin di Olimpiade Beijing 2008.
Terlebih lagi, itu juga menjadi medali pertama yang diraih tim putih-merah di edisi Paris.
Di sisi lain, sejumlah prestasi baru juga diraih Indonesia di cabang olahraga lain di Olimpiade. Senam ritmik cabang Indonesia pertama kali tampil di Olimpiade Paris berkat atlet Rifda Irfanaluthfi.
Selain itu, Maryam March Maharani menjadi judoka Indonesia pertama yang lolos dan tampil di Olimpiade. Ada pula pebalap sepeda Bernard van Aert yang juga menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yang tampil di Olimpiade Paris.
Halaman selanjutnya: Bakat baru berkembang melalui pemulihan
Bakat-bakat baru berkembang melalui kebangkitan
Penting juga untuk menyeimbangkan bakat-bakat menjanjikan yang dimiliki para atlet muda tersebut dengan program-program yang dapat membantu juniornya berkembang dan bersaing di turnamen yang lebih tinggi bahkan mewakili Indonesia di Olimpiade berikutnya.
Peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 Ricky Soebagdja menilai pembinaan dan percepatan pemulihan atlet muda harus memperkecil kesenjangan antara atlet senior dan elit yang kini dipercaya bermain di berbagai turnamen dan kejuaraan bergengsi global.
Ini akan menjadi pekerjaan rumah besar lagi bagi federasi dan pemerintah, karena regenerasi harus fokus pada kualitas, bukan hanya kuantitas.
Harapannya, jarak jauh antara pemain elit dan pemain muda semakin dekat dan kompetitif, sehingga bibit-bibit muda ini mampu tumbuh dan berkembang dengan indah sebagai pahlawan olahraga nasional di masa depan.
Leave a Reply