Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

SPSL siap membicarakan tarif Tol Cibitung-Cilincing

JAKARTA (ANTARA) – Pelindo Solusi Logistics (SPSL), subholding Pelindo Pelabuhan BUMN, sedang berdialog dengan dunia usaha, khususnya pelaku sektor logistik, mengenai tarif tol Cibitung-Cilicining.

“Kami akan menghubungi pihak berwenang, dalam hal ini Badan Pengatur Jalan Raya (BPJT), untuk memastikan efisiensi dan keberlanjutan kebijakan tarif yang diterapkan di sektor logistik nasional,” kata Joko Nerhuda, Direktur Utama PT SPSL, dalam paparannya. . Tentang kinerja dan prestasi SPSL 2024, di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan SPSL akan berkoordinasi dengan BPJT selaku regulator agar tarif yang diterapkan tidak hanya memperhitungkan biaya investasi dan biaya pemeliharaan, namun juga kemampuan dan kemauan membayar pengguna jalan.

Hal itu disampaikan Joko menanggapi keluhan industri logistik yang menyebut tol Cibitung-Cilincing terlalu mahal.

Dia menjelaskan, penetapan tarif pembayaran sepenuhnya menjadi kewenangan BPJT. Studi ini mencakup berbagai faktor, termasuk biaya konstruksi, pemeliharaan dan dampaknya terhadap industri terkait.

Meski demikian, Joko menegaskan SPSL telah membuka ruang dialog untuk mendengarkan kontribusi para pelaku usaha guna mencari solusi terbaik.

Joko pun menjawab pertanyaan wartawan soal kemungkinan pembagian saham di Tol Cibitung-Cilincing.

Diversifikasi bisa menjadi pilihan jika ada peminat dengan jumlah yang menarik, ujarnya.

“Kalau ada yang tertarik dengan nomor yang bagus, silakan. Itu masih opsi,” ujarnya.

PT SPSL bergerak dalam bisnis logistik dan pengembangan daratan. Namun SPSL mengambil alih pembangunan jalan tol sepanjang 34,7 km tersebut karena memiliki kepentingan seperti kelancaran dan akses bisnis perusahaan dan grupnya.

Indikator bisnis

Dalam pemaparannya, Joko Nerhu mengatakan pendapatan operasional perseroan pada kuartal III 2024 mencapai Rp1,38 triliun, lebih tinggi 2,63 persen dibandingkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RKAP) sebesar Rp1,34 triliun pada 2024.

Meningkatnya pendapatan usaha tidak lepas dari baiknya aktivitas operasional perusahaan seperti persewaan, jasa pergudangan, jasa lapangan dan jasa multimoda.

Joko optimistis dengan perkembangan bisnis logistik di tahun mendatang. Menurut Frost & Sullivan Analyis, biaya logistik Indonesia akan meningkat mulai tahun 2021 dan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.

Biaya logistik tahunan diperkirakan meningkat sebesar lima persen. “Biaya logistik yang terus meningkat merupakan peluang pasar bagi SPSL,” tambahnya.

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri logistik, SPSL fokus pada pembangunan infrastruktur strategis. Pekerjaan berlanjut pada proyek-proyek besar seperti Kawasan Pengembangan Kijing, Kawasan Industri Kuala Tanjung dan Pusat Logistik Terpadu Tanjung Priok.

Perseroan juga memperluas layanan logistik multimoda ke berbagai wilayah seperti Jabodetabek, Sumatera Utara, dan Jawa Timur untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *