Jakarta (ANTARA) – Pembina Cendekiawan dan Profesi Muslim Indonesia (KIPMI) Dr. Raehanul Bahrain, M.Sc, Sp.PK menegaskan, vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional tidak mengandung daging babi.
Demikian konfirmasinya sebagai pakar kesehatan terhadap rumor babi mengandung vaksin di Indonesia.
“Program vaksinasi nasional tidak menggunakan daging babi. Hepatitis B tidak menggunakan daging babi, begitu pula yang lainnya,” ujarnya pada acara kesehatan terkait imunisasi yang digelar Puskesmas Tebet di Jakarta, Kamis.
Namun, kata dia, ada vaksin yaitu Inactivated Poliovirus Vaccine/IPV yang menggunakan enzim babi sebagai katalisnya.
Kata dia, meski vaksin mengandung babi ditemukan di Indonesia, namun sebagian besar berasal dari luar negeri. Vaksin ini ditujukan untuk orang asing, bukan orang Indonesia.
Kenapa perlu impor vaksin? Karena di Indonesia juga ada yang dari luar negeri, dan ketika menyebutkan jadwal vaksin, mereka mencari jadwal vaksin dari negara lain, dan mungkin berbeda dengan Indonesia, ujarnya.
Vaksin impor yang mengandung daging babi, kata dia, diperuntukkan bagi orang asing, bukan orang Indonesia.
Kemudian vaksin impor juga menggunakan bahasa Indonesia pada kemasannya. Sebab, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) mewajibkan bahan vaksin yang masuk ke Indonesia dari luar negeri harus ditulis dalam bahasa Indonesia.
Ia menambahkan, sebagian besar vaksin di Indonesia dibuat oleh perusahaan negara Bio Pharma yang berada di Bandung. Perusahaan juga mengekspor 60 persen vaksin dunia.
“Bio Farma sudah mengekspor 60 persen vaksin dunia. Sebagian besar negara di Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Barat, Arab Saudi menggunakan vaksin Bio Farma,” kata Raehanul.
Leave a Reply