ISTANBUL (ANTARA) – Bashar al-Assad, pemimpin rezim Baath di Suriah, memutuskan mundur dan meninggalkan Suriah, kata Kementerian Rusia, Selasa.
Kementerian Luar Negeri Rusia melalui keterangan tertulis mengatakan, pengunduran diri Assad merupakan hasil perundingan antara pemerintahannya dengan pihak-pihak yang terlibat konflik bersenjata.
Rusia juga mengatakan Assad berharap peralihan kekuasaan secara damai dapat tercapai.
Menyatakan keprihatinan atas situasi di Suriah, Rusia meminta semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan dan menyelesaikan semua masalah melalui cara-cara politik.
Sementara itu, Menlu Rusia menyatakan telah berbicara dengan seluruh kelompok oposisi di Suriah dan mendesak mereka untuk menghormati pandangan seluruh kelompok etnis dan agama di negara tersebut.
Rusia juga menyatakan dukungannya terhadap politik inklusif berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254 yang diadopsi pada tahun 2015.
Pangkalan militer Rusia di Suriah tetap siap tempur, meski tidak ada ancaman langsung terhadap militer, kata Kementerian Rusia.
Rusia juga akan mengambil segala tindakan untuk menjamin keselamatan warga Rusia yang tinggal di Suriah.
Saat-saat jatuhnya rezim Assad
Pada tanggal 27 November, pertempuran kembali terjadi antara pasukan pemerintah dan pasukan oposisi, dimulai di pedesaan sebelah barat Aleppo, sebuah kota di Suriah utara.
Pada tanggal 30 November, kelompok oposisi berhasil merebut pusat kota Aleppo dan menguasai seluruh provinsi Idlib. Mereka merebut kembali pusat kota Hama dari pemerintah pada tanggal 5 Desember.
Kelompok oposisi juga menduduki posisi strategis di provinsi Homs, yang merupakan pintu gerbang ke Damaskus, dan meningkatkan upaya mereka untuk mencapai ibu kota Suriah.
Pada hari Jumat (12/06), pasukan oposisi merebut wilayah Daraa di Suriah selatan dekat perbatasan dengan Yordania. Pemerintahan Suwayda di Suriah selatan mempertahankan kekuasaannya pada hari Sabtu, hari yang sama ketika kelompok oposisi regional merebut kembali Quneitra.
Kelompok yang menentang rezim Assad memasuki Damaskus dari selatan ibukota Suriah pada hari Sabtu. Pasukan pemerintah kemudian merebut gedung Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri dan Bandara Damaskus.
Kota itu diserahkan kepada pasukan oposisi pada hari Selasa setelah Assad kehilangan kendali atas seluruh kota.
Sementara itu, kelompok oposisi lainnya, Tentara Nasional Suriah (SNA), melancarkan operasi militer pada 1 Desember melawan kelompok Kurdi PKK/YPG, yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris, dan merebut kota Tel Rifaat.
Sumber: Anadolu
Leave a Reply