Badung, Bali (Antara) – Gabungan Industri Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan rencana Indonesia masuk dalam aliansi BRICS sama sekali tidak akan mempengaruhi jumlah minyak sawit (grey palm oil/CPO) yang diekspor ke negara yang tidak terkena dampak. oleh produksi. industri dalam negeri.
CEO Gapki Eddy Martono mengatakan pada Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2024 di Bali, Jumat, “Jadi saya yakin dengan bergabungnya BRICS maka akan ada peningkatan ekspor kita khususnya ke Eropa.
Menurut dia, kebutuhan dunia terhadap industri kelapa sawit tidak akan berubah, karena sektor ini sudah menjadi bagian penting dari masyarakat global.
Apalagi Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar, sehingga meski tergabung dalam aliansi BRICS, hal ini tentu tidak mempengaruhi kontribusi minyak sawit terhadap devisa negara.
“Jadi saya yakin Eropa masih membutuhkan minyak sawit, dan contoh utama industrinya adalah industri makanan,” ujarnya.
Padahal, menurut dia, yang berdampak pada ekspor CPO Indonesia adalah penerapan peraturan produk hutan bebas (EUDR) Uni Eropa, karena teknis pelaksanaan peraturan tersebut masih belum jelas.
Terkait ajang IPOC 2024, para ekonom memperkirakan harga minyak sawit akan mencapai Rp 17.500 per kilogram pada Februari atau Maret 2025.
Sebelumnya, Gapki menyatakan siap berkoordinasi dengan pemerintahan Presiden Prabowo dalam menghadapi tantangan global, untuk mengakui industri kelapa sawit sebagai komoditas strategis ekspor tinggi.
Presiden Gapki mengatakan, industri kelapa sawit dalam negeri saat ini menghadapi ketidakpastian akibat potensi krisis pangan dan energi serta hambatan perdagangan yang diberlakukan oleh negara-negara pengimpor, seperti regulasi deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Sementara itu, Edi mengatakan produksi kelapa sawit terhenti dalam beberapa tahun terakhir, akibat lambatnya pelaksanaan budidaya di lahan petani sawit.
Leave a Reply