Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Perdebatan di Tweede Kamer tentang K.M.B (bagian 2) 

Den Haag, 7/12/1949 (ANTARA) – Prof. Schehermerhorn

Prof. Schermerhorn dari PVDA mengkaji permasalahan sejarah Indonesia dari diskusi HogeVeluwe, Linggardjati, karya pertama dan kedua KMB. Dikatakannya, jika perjanjian dengan Republik Belanda pada masa HogeVeluwe terjadi 4 tahun yang lalu, sebaiknya dilakukan sekarang. Namun pada HogeVeluwe 1946 Belanda menentang pemberian kedaulatan kepada Indonesia, padahal hubungan kerajaan. Apa jadinya jika hasil KMB juga ditolak, tanya presenter. Akibatnya, hubungan serikat buruh dengan Indonesia akan terputus. Penolakan tersebut akan menguntungkan komunis, dan masuknya mereka ke Indonesia akan dihentikan jika diterima (mengintervensi komunis).

Schermerhorn mengakui bahwa universitas ini penuh ketidakpastian, namun penuh dengan kemungkinan di masa depan. Saat membahas situasi umum Indonesia, ia menekankan bahwa harus ada lingkaran pusat di pemerintahan federal untuk mengembangkan perekonomian negara. Mengenai “externe zelfbeschikkingsrecht” katanya, berada di Belanda tidak berarti menentang RIS. Bagi Belanda, dari sudut pandang budaya, penting agar masyarakat pendukung Belanda tidak hidup sendiri, tetapi sebagai bagian dari kesatuan bangsa Indonesia. Pembawa acara memperingatkan mereka yang memulai perjalanan RIS untuk berangkat. Gerakan ini mewakili kebijakan pembentukan negara boneka oleh pemerintah Belanda terhadap Republik dan segala dampak negatifnya terhadap Belanda.

Prof. Gerbeandy: “Penyerahan yang Tidak Dapat Dibatalkan kepada Republik”

Dalam persidangan. 7 Desember, Bitjara dan mantan Perdana Menteri Prof. P. S. Gerbrandy dan H.J.W.A Meyerlink keduanya dari A.R. Seperti Welter, Prof. Gerbrandy mengatakan, hasil dari KMB adalah penyerahan diri yang tidak dapat dibatalkan kepada Republik (irrevocable menyerah) dari Belanda. Ia mengaku masih kesulitan menggunakan kata Indonesia “afschuwelijk” (menjijikkan). Ketika ia menyebut Presiden Sukarno sebagai “oorlogsmisdadiger” (penjahat perang), pemimpin tersebut memukul meja dengan palu dan menanyai guru tersebut. Gerbrandy mengulangi kata-katanya.

Sumber: Badan Pelayanan Berita dan Informasi ANTARA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *