Kowloon, Hong Kong (ANTARA) – Pada Minggu malam (8/12), Art Park di West Kowloon Cultural District Hong Kong ramai. Gendang mulai ditabuh seiring langkah kaki ribuan pengunjung yang memenuhi Taman Budaya.
Masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat, anak-anak, remaja, keluarga muda, hingga orang tua, dengan gembira datang dan menyambut Festival Drum Hong Kong, “One Beat, One World: Connecting Through the Drum”.
Art Park, yang berlatar belakang Victoria Harbour, bersiap untuk perayaan seni. Area tersebut dihiasi dengan panggung besar dan booth yang menawarkan berbagai pengalaman menarik mulai dari box workshop, face painting, permainan anak-anak.
Jangan lewatkan kedai makanan dari berbagai negara. Aroma pedas kari India, rasa manis masakan daging Polandia, dan rasa manis deokbokki Korea memikat semua orang untuk datang.
Martin, seorang warga, sedang menggendong istrinya sambil mendorong kereta bayi. Mereka tampak menikmati kegembiraan yang diberikannya. Dia tersenyum dan berkata bahwa dia senang bisa berpartisipasi dalam upacara tersebut.
“Saya melihat di internet ada karnaval di sini. Karena banyak sekali pertunjukan dari berbagai negara, kami memutuskan untuk datang dan menikmatinya di hari Minggu bersama keluarga,” ujarnya.
Martin dan keluarganya pindah ke sebuah kotak besar setinggi 3,47 meter yang berdiri kokoh di sisi kanan lapangan.
Seorang penonton menabuh “Gendang Perdamaian” saat festival drum Hong Kong “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Art Park di West Kowloon Cultural District, Hong Kong pada Minggu (8/12/2024). (ANTARA/Fathur Rochman) Genderang besar yang diberi nama “Gendang Perdamaian” memang menjadi sebuah benda ajaib. Anak-anak dan orang tua akan berbaris untuk mencoba memukulnya.
Di salah satu sudut, sekelompok anak asyik menghiasi wajah mungilnya dengan cat warna-warni yang terbuat dari berbagai bentuk, mulai dari bunga hingga binatang mirip ikan.
Anak-anak lain tidak tertarik memasuki pabrik boks. Dengan penuh semangat, mereka menabuh drum kecil seiring gerakan instruktur, sehingga terciptalah musik yang ringan namun hidup.
Sore itu Art Park terasa dingin sekaligus hangat, disertai angin dingin yang seolah-olah mencapai 19 derajat Celcius.
Beberapa anak melukis wajah mereka saat festival drum Hong Kong “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Art Park di West Kowloon Cultural District, Hong Kong pada Minggu (8/12/2024). (ANTARA/Fathur Rochman) Anak-anak mengikuti workshop drum “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Hong Kong Drum Club pada Minggu (8/12) di Arts Park di West Kowloon Cultural District, Hong Kong. /2024) (ANTARA/Fathur Rochman) Perayaan Kebudayaan
Suasana semakin ceria seiring matahari mulai terbenam di ufuk barat. Prosesi penabuh genderang memasuki taman dan mulai berbicara langsung kepada penonton.
Penampilan Rombongan Gendang Longgang Jinggu yang membawakan gambar gendang “Hansheng Jinggu”, dan Rombongan Gendang Perdamaian Yonghong Lanzhou yang membawakan “Gendang Lanzhou Taiping” berhasil menuai pujian masyarakat.
Mereka bermain bagus dalam sebuah film yang menggabungkan gerakan-gerakan yang kuat, musik dan tarian serta drum yang menginspirasi dengan penuh semangat.
Rombongan Drum Longgang Jingu tampil di Karnaval Drum Hong Kong “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Arts Park di West Kowloon Cultural District, Hong Kong pada Minggu (8/12/2024). (ANTARA/Fathur Rochman) Rombongan Drum Perdamaian Yonghong Lanzhou tampil di Karnaval Drum Hong Kong “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Art Park di Distrik Kebudayaan Kowloon Barat Hong Kong pada Minggu (8). /12/2024). (ANTARA/Fathur Rochman) Kemudian fokus pertunjukan beralih ke panggung utama. Pada pukul 17.00, drummer dan direktur festival drum Aaron Kwok Fu-shing menabuh “drum perdamaian” untuk menandai dimulainya acara utama.
Konser dibuka dengan penampilan Hong Kong Chinese Orchestra yang dipimpin oleh maestro Siew Hee-Chiat, yang mengundang tepuk tangan ribuan penonton.
Babak pertama bertajuk “Drum dalam Perayaan Panen Bemper” berhasil membuat penonton mengikuti irama lagu.
Fokusnya tertuju pada artis India Nawaz Mirajkar dan Shruti Pekhatraju yang menghadirkan sentuhan eksotis dengan “Dialogue of Rhythm”. Irama tabla tradisional yang dimainkan oleh Nawaz dan gerak tari Shruti yang gemulai mengalir indah.
Musisi asal India, Nawaz Mirajkar dan Shruti Pekatraju tampil di Festival Drum Hong Kong “One Beat, One World: Connecting through the Drum” di Arts Park di West Kowloon Cultural District, Hong Kong, Minggu (8/12/2024). ) (ANTARA/Fathur Rochman) Kolaborasi mereka berlanjut dengan “Tabla Concerto Soul of Tamaru” bersama Hong Kong Chinese Orchestra. Karya ini dengan indah memadukan musik klasik India dengan komposisi orkestra.
Dari Jepang, R&T Natsuo Shimizu menghadirkan penampilan dance papan atas dalam acara jazz “So What”. Bunyi unik sepatu “tap dance” yang menghentak lantai panggung menciptakan ritme perkusi yang menyatu dengan orkestra.
Nuansa Indonesia juga terlihat pada penampilan drum theater orang-orang asal Malaysia. Mereka membawakan lagu daerah Maluku “Ayo Mama” bersama Band Tionghoa Hongkong.
Lagu tersebut dinyanyikan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin oleh penyanyi Zyee Leow dan Rosemary Joel. Selain itu, mereka juga memainkan lagu daerah Sarawak “Tuyang Duduk di Sudut” dengan menggunakan alat musik tradisional Dayak, Chep.
Rombongan Malaysia Orang-Orang Drum Theater Hong Kong akan menggelar pertunjukan drum Hong Kong, “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Arts Park di West Kowloon Cultural District pada Minggu (8/12/2024). . (ANTARA/Fathur Rochman) Karya kelompok lokal tersebut seolah menjadi penghubung antara budaya Asia Tenggara dan budaya Tionghoa. Suara pedang, gidore dan gendang dipadukan dengan instrumen klasik orkestra.
Hal ini berhasil menimbulkan rasa bangga khususnya bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dan masyarakat Asia Tenggara yang menyaksikan langsung festival tersebut.
Selanjutnya penari Pasha Umar Hud dan musisi Leung Ching Kit menampilkan keindahan seni Asia Tengah dengan “Tap and Uyghur Folk Dance Desire” dan “The Silk Road (Excerpts)”.
Gerakan tari yang gemulai dipadukan dengan suara alat musik perkusi tradisional Uyghur Dap berhasil membuat penonton tenggelam dalam keindahan budaya yang memukau.
Kali ini pengerjaannya dilanjutkan dengan pemeran “The Little Angels” Korea Selatan yang membawakan karya berjudul “Buksum-yukkomu” dan “Arirang”.
Grup beranggotakan 10 orang ini tampil gemilang dengan gerakan dan solo drum mereka, sehingga mengundang tepuk tangan dari penonton.
Puncak dari pertunjukan ini adalah penampilan seluruh instrumen dari epik “Perkusi dan Orkestra Biarkan Gemuruh Drum Berguling VII.1023” bersama dengan Orkestra Tiongkok Hong Kong.
Dalam kesempatan acara tersebut, tidak hanya artis, penonton pun turut berpartisipasi dengan memainkan drum kecil. Suara musik orkestra dan suara ribuan simbal yang dimainkan melawan angin menciptakan harmoni yang megah.
Seluruh musisi bergabung dalam Hong Kong Chinese Orchestra dalam acara puncak Karnaval Drum Hong Kong, “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Arts Park di West Kowloon, Hong Kong pada Minggu (8/). 12/2024). (ANTARA/Fathur Rochman) Drum dibagikan kepada peserta acara unggulan Hong Kong Drum Club “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Art Park di Distrik Kebudayaan Kowloon Barat, Hong Kong. 8/12/2024). (ANTARA/Fathur Rochman) Saat nada terakhir dimainkan, semburan konfeti yang meriah menerangi langit Taman Seni, menandai berakhirnya festival yang berlangsung hampir dua jam itu.
Malam itu, Hong Kong menjadi tuan rumah panggung internasional di mana irama drum dan musik orkestra menyatukan berbagai budaya dalam sebuah perayaan yang tak terlupakan.
Satu lagu, satu dunia
Penonton termasuk Komunitas Warga Negara Indonesia (WNI) di Hong Kong menikmati penampilan berbagai seniman budaya dari berbagai negara di atas panggung di Hong Kong Drum Festival ini.
Yani, TKA asal Indonesia yang tinggal di Kabupaten Sing Yi mengaku rela menempuh perjalanan satu jam menggunakan MTR untuk menyaksikan peristiwa tersebut.
“Karena ini acara tahunan, kami ingin menikmatinya. Kami ingin bersantai. Kami senang bisa pergi pada hari Minggu dan bertemu teman-teman di sini,” ujarnya.
WNI menghadiri festival drum Hong Kong “One Beat, One World: Connecting Through the Drum” di Art Park di West Kowloon Cultural District, Hong Kong pada Minggu (8/12/2024). (ANTARA/Fathur Rochman) Acara tersebut dinilai sebagai salah satu cara melepas penat dan menyaksikan penampilan drum indah yang menampilkan drummer internasional.
Diselenggarakan oleh Hong Kong Chinese Orchestra dan disponsori oleh ChinaChem Group, festival ini tidak hanya merupakan perayaan seni tetapi juga bertujuan untuk menyatukan masyarakat dan mempromosikan harmoni budaya melalui suara drum yang bertenaga.
Direktur Orkestra Tiongkok Hong Kong Selina Chin mengatakan acara tahunan tersebut, yang diadakan pada tahun 2003, merupakan demonstrasi penting atas upaya mereka dalam mempromosikan keharmonisan budaya.
“Box office tahun ini tidak hanya melanjutkan misi ini, tetapi juga memperkenalkan penari baru, menyoroti posisi unik Hong Kong sebagai platform pertukaran budaya,” ujarnya.
Bagi yang hadir atau menonton secara online, momen tersebut menyenangkan sekaligus menjadi pengingat bahwa meski berbeda budaya, dunia bisa bersatu dalam satu musik. “Satu Irama, Satu Dunia” menjadi hit di Hong Kong malam itu.
Leave a Reply