Jakarta (Antara) – Perusahaan teknologi sektor ketenagalistrikan yang berbasis di Finlandia, Wartsila, mengusulkan penerapan teknologi pembangkit listrik berimbang menjadi kunci bagi Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060.
Direktur Penjualan Wortsila Energy Indonesia Fabron Siregar dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan pencapaian target emisi bersih Indonesia pada tahun 2060 dapat dilakukan dengan teknologi yang ada, yakni dengan menambahkan energi terbarukan dan teknologi penyeimbang listrik, serta menghapuskan pembangkit listrik yang tidak berkelanjutan secara bertahap.
“Perluasan pembangkit energi terbarukan secara cepat dalam jangka pendek sangat penting untuk mencapai target emisi nol bersih,” tegasnya.
Dalam hasil pemodelan sistem ketenagalistrikan sebelumnya, Wortsila menemukan bahwa kapasitas energi terbarukan di Indonesia seharusnya 3-4 kali lebih tinggi dari target tahun 2030 saat ini.
Misalnya saja pada jaringan Sulawesi, rencana kapasitas pembangkit listrik tenaga surya pada tahun 2030 hanya sebesar 300 megawatt (MW). Namun untuk mencapai target net zero emisi, kapasitas tersebut harus ditingkatkan menjadi 1.200 MW.
Pemerintah Indonesia melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) menargetkan energi terbarukan sebesar 58 GW pada tahun 2040. Namun, pada COP29 pemerintah meningkatkan targetnya menjadi 75 GW. Fabron menegaskan, pembangkit listrik berbahan bakar gas sebagai teknologi transisi dapat berperan penting dalam mendukung pengembangan energi terbarukan.
Salah satu usulan Wartsila adalah menyeimbangkan teknologi untuk memungkinkan perluasan energi terbarukan secara cepat dan memastikan listrik terjangkau.
Berdasarkan hasil laporan Wärtsilä bertajuk “Crossroads to Net Zero”, penggunaan teknologi pembangkit listrik berimbang yang mendukung energi terbarukan dapat menghemat biaya sistem kelistrikan global hingga 65 triliun euro pada tahun 2050.
Menurut Fabron, Indonesia berada dalam posisi unik untuk mempercepat transisi energi dengan cepat, karena memiliki pembangkit listrik mesin pembakaran internal fleksibel berkapasitas 5 GW, seperti yang terdapat di Lombok, Bali, dan banyak tempat lainnya.
“Pembangkit listrik bermesin fleksibel akan memainkan peran penting dalam menyediakan energi yang seimbang. Untuk lebih dekat dengan tujuan emisi nol bersih pada tahun 2060, hal ini akan membantu Indonesia mengintegrasikan lebih banyak sumber energi terbarukan, sekaligus mengurangi biaya dan emisi CO2,” tegas Fabron.
Leave a Reply