SHENZHEN (ANTARA) – Produsen mobil Tiongkok BYD mencapai tonggak sejarah pada Senin (18/11) ketika Kendaraan Energi Baru (NEV) ke-10 juta diluncurkan dari jalur produksi di sebuah pabrik di provinsi Guangdong, Tiongkok selatan.
Pencapaian BYD menggarisbawahi pesatnya pertumbuhan sektor NEV Tiongkok dan upaya proaktif Tiongkok untuk mendorong pembangunan ramah lingkungan dan rendah karbon, kata para pelaku industri, terutama ketika Amerika Serikat dan Uni Eropa mengumumkan tarif tambahan pada kendaraan listrik (EV) Tiongkok.
Produksi BYD telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Butuh waktu hampir 15 tahun, dari Desember 2008 hingga Agustus 2023, untuk memproduksi 5 juta NEV pertamanya, sedangkan 5 juta NEV berikutnya diproduksi hanya dalam waktu 15 bulan.
Pada perayaan Senin (18/11), Presiden BYD Wang Chuanfu menyoroti komitmen kuat perusahaan terhadap teknologi sebagai faktor kunci kesuksesan mereka.
Menurut Wang, BYD berencana menginvestasikan 100 miliar yuan (1 yuan = Rp 2.187) untuk meningkatkan integrasi kecerdasan buatan (AI) dengan teknologi mobil, yang bertujuan untuk mencapai peningkatan komprehensif dalam kecerdasan mobil.
Fokus Tiongkok pada pengembangan NEV terutama didorong oleh pertumbuhan permintaan domestik, kata Bai Ming, peneliti di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Tiongkok di bawah Kementerian Perdagangan.
Data Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) menunjukkan penjualan NEV dalam negeri pada 10 bulan pertama tahun ini mencapai 8,692 juta unit, delapan kali lipat volume ekspor pada periode yang sama.
Dalam 9 bulan pertama tahun ini, BYD menjual lebih dari 2,73 juta kendaraan energi baru, dan hampir 90% di antaranya dijual di dalam negeri.
Perkembangan perseroan seiring dengan pesatnya pertumbuhan pasar NEV di China yang diperkirakan akan mencatatkan penjualan lebih dari 9 juta unit pada tahun 2023 dengan penetrasi pasar lebih dari 30%.
Pada Juli 2024, pangsa pasar NEV dalam negeri untuk pertama kalinya melampaui pangsa pasar kendaraan berbahan bakar bensin, dengan penjualan ritel nasional mencapai 878.000 unit dan menguasai 51,1% pasar Tiongkok.
Zhu Fatao, sekretaris jenderal Asosiasi Industri NEV Guangdong, mengaitkan keberhasilan Tiongkok dengan permintaan pasar domestik yang kuat, rantai pasokan NEV yang komprehensif, dan kemajuan signifikan dalam teknologi inti yang memungkinkan produsen mobil untuk lebih menyesuaikan kinerja kendaraan dengan kebutuhan pelanggan.
“Tiongkok telah memanfaatkan peluang bersejarah dalam transformasi otomotif global,” kata Zhou.
Namun, Zhou mengatakan industri ini masih memerlukan perbaikan jangka panjang, termasuk meningkatkan inovasi teknologi serta penelitian dan pengembangan dalam rantai nilai NEV dan mengatasi tantangan dalam teknologi baterai solid-state.
Pasar NEV yang berkembang pesat di Tiongkok menjadi magnet bagi produsen mobil domestik dan internasional. Menurut Xinhua, perusahaan seperti Tesla, Volkswagen dan BMW telah memperkuat kehadiran mereka di Tiongkok.
Ketika upaya memerangi perubahan iklim menjadi prioritas global, NEV memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon di sektor transportasi.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), penjualan NEV global harus mencapai 45 juta unit pada tahun 2030 untuk memenuhi tujuan netralitas karbon.
Mengenai keputusan Uni Eropa baru-baru ini untuk mengenakan tarif final pada mobil listrik dari Tiongkok selama lima tahun, para ahli mengatakan bahwa tindakan ini melanggar hukum internasional dan aturan Organisasi Perdagangan Dunia dan pada akhirnya dapat menghentikan pertumbuhan dan industri otomotif Uni Eropa jalannya. Upayanya untuk mencapai tujuan ramah lingkungan dan rendah karbon.
“Keterbukaan dan kerja sama sangat penting bagi inovasi dan pertumbuhan di sektor NEV,” kata Bai, seraya menekankan bahwa peningkatan kerja sama dengan Tiongkok di sektor NEV dapat menghasilkan keuntungan bersama dan meningkatkan pasokan produk-produk berkualitas tinggi guna memajukan upaya global menuju pembangunan ramah lingkungan. . . .
Leave a Reply