BENGKULU (ANTARA) – Penurunan produksi pertanian daerah merupakan salah satu upaya mencegah resesi dan rendahnya harga di tingkat petani di Provinsi Bengkulu, kata Bank Indonesia. “Bank Indonesia juga menaruh perhatian terhadap penurunan ini (yang sudah terjadi selama 5 bulan berturut-turut),” kata Deputi Perwakilan Bank Indonesia, Bank Indonesia.
Menurut dia, di tingkat nasional, ada cara untuk menjaga laju inflasi dengan menggunakan alat suku bunga acuan Bank Indonesia. BI akan menyikapinya dengan menaikkan, menurunkan, atau mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan kondisi perekonomian saat ini
“Di daerah kita juga berusaha mengendalikan deflasi dari segi bagaimana hilirisasi produksi di daerah, misalnya harga bawang merah turun, kita membantu produsen industri di daerah untuk menghasilkan produk yang lebih berkelanjutan,” ujarnya. .
Hilirisasi akan menyerap kelebihan pasokan karena hasil panen melimpah, sehingga harga komoditas yang kelebihan produksi akan tetap stabil di tingkat petani dan konsumen.
Namun ketika tidak ada produk inferior maka hasil panen yang melimpah tidak dapat diserap pasar dan hal ini menyebabkan turunnya harga di tingkat petani sehingga berdampak pada kemampuan finansial petani pada musim tanam berikutnya.
Selain di hilir, Aditya juga menyarankan kerja sama di tingkat desa, seperti integrasi pertanian dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
UMKM hilir mempunyai ukuran dalam negeri untuk menghasilkan produk turunan, sehingga ketika harga murah dan persediaan banyak, tidak bisa dijual tapi bisa diolah terlebih dahulu dan hasilnya lebih tahan lama. Petani tidak boleh menjual ketika harga turun. Materinya sederhana saja, “tapi kalau bahannya bisa didapat, kemungkinan besar bisa menandingi BUMDes,” ujarnya.
Pada bulan Oktober 2024, Provinsi Bengkulu kembali mengalami deflasi yang kelima kalinya dalam lima bulan berturut-turut. Deflasi Bengkulu tercatat sebesar 0,09 persen pada Oktober 2024
Semula pada Mei 2024, inflasi Bengkulu melampaui batas atas sasaran inflasi nasional dengan laju inflasi sebesar 3,71 persen (y/y).
Selanjutnya memasuki Juni 2024, Bengkulu mengalami deflasi bulanan sebesar minus 0,04 persen. Akibat situasi tersebut, inflasi di Bengkulu sedikit turun menjadi 3,64 persen, masih sedikit di atas target nasional.
Pada Juli 2024, Bengkulu kembali mengalami penurunan bulanan yang kali ini lebih dalam yakni minus 0,7 persen. Penurunan tersebut langsung menyeret data inflasi Bengkulu di bawah target nasional, bahkan sebesar 1,33 persen dan 2,31 persen (Yo).
Pada Agustus nanti, provinsi bernama Bumi Rafflesia itu kembali turun hingga minus 0,18 persen (mtm). Angka tersebut mendorong inflasi regional sebesar 2,34 persen (y/y), namun angka tersebut masih dalam batas target nasional.
Dan pada September 2024, Bengkulu akan mengalami kontraksi sebesar 0,28 persen atau inflasi minus 0,28 persen (mtm), sedangkan inflasi di Bengkulu akan meningkat menjadi 1,48 persen pada September ini. Pada Oktober 2024, Bengkulu kembali menyusut sebesar 0,09 persen atau laju inflasi tahunan sebesar 1,34 persen (y/y).
Kondisi perekonomian yang lebih baik tidak berarti berlanjutnya resesi atau kenaikan inflasi Jadi, Pemerintah 2.5. Pemerintah menetapkan target inflasi nasional pada kisaran plus atau minus 1 persen (tahun).
Jika deflasi terus berlanjut, kemungkinan besar akan menurunkan harga komoditas dan berdampak pada perekonomian di tingkat petani karena harga jual bisa turun di bawah biaya produksi.
Namun inflasi yang tinggi juga dapat menyebabkan kenaikan harga berbagai barang sehingga membebani kemampuan belanja masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan inflasi pada kisaran yang rendah dan terus berupaya untuk menstabilkan angka tersebut.
Leave a Reply