Jakarta (ANTARA) – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) melaporkan pertumbuhan premi industri asuransi umum mencapai 14,5 persen year-on-year (yo) atau premi sebesar Rp 79,69 triliun pada kuartal III 2024.
Secara keseluruhan, terdapat lima lini usaha industri asuransi umum yang mengalami kontraksi premi, yakni teknik 5,9 persen yoy atau Rp 3,4 triliun, liabilitas 0,5 persen atau Rp 3 triliun, kecelakaan diri 0,4 persen yoy atau Rp 2,21 triliun, jaminan 5,7 persen. yoy atau Rp 1,27 triliun, dan saham asuransi energi off 2,2 persen yoy atau Rp 999 miliar.
“Beberapa lini usaha memang mengalami kontraksi, namun kontraksi ini disebabkan oleh tekanan inflasi dan juga situasi yang selalu saya sampaikan bahwa industri asuransi umum juga sedang tidak dalam kondisi yang baik, terutama perekonomian Indonesia yang sedang tidak dalam kondisi yang baik. negara.
Sepuluh lini bisnis lainnya mengalami pertumbuhan positif dalam memberikan hasil kinerja. Mulai dari angkutan barang (maritim kargo) 3,4 persen yoy atau Rp 4,02 triliun, rangka kapal (marinehull) 26,7 persen yoy atau Rp 2,39 triliun, penerbangan 29,5 persen yoy atau Rp 1,03 triliun, satelit 18,6 persen yoy atau Rp 9 miliar energi pesisir 10,7 persen yoy atau Rp 190 miliar, kesehatan 32 persen yoy atau Rp 6,99 triliun, lalu asuransi lainnya. (seluruhnya) 21,5 persen yoy atau Rp 3,59 triliun.
Pangsa pasar dominan yang menjadi penyumbang utama pendapatan premi seluruh lini bisnis adalah asuransi properti sebesar 26,5 persen yoy atau Rp 23,4 triliun. Meski terjadi kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 29,3% yoy, konstruksi real estate residensial dan permintaan properti sewa yang dipelihara menjadi faktor pendorong pertumbuhan premi di industri asuransi selama periode ini.
Selanjutnya asuransi kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan sebesar 0,9 persen yoy atau Rp14,69 triliun. Pertumbuhan asuransi ini dinilai masih stabil dan terus menjadi pendongkrak pendapatan premi meski data penjualan dan produksi sepeda motor baik roda empat maupun roda dua tidak mengalami peningkatan.
Di posisi terakhir, pangsa pasar yang mendominasi lini bisnis industri asuransi umum adalah asuransi kredit sebesar 21,1 persen yoy atau Rp12,26 triliun.
Faktor pendorong tumbuhnya asuransi kredit adalah pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan pemerintah. Rata-rata pembayaran kredit berasal dari kredit konsumsi masyarakat, dan didorong oleh proses pembayaran kredit kepemilikan rumah (KPR).
Untuk pemenuhan tanggung jawab klaim pada triwulan III 2024 terjadi kenaikan sebesar 18,5 persen yoy atau sebesar Rp 33,38 triliun.
Terdapat 9 lini usaha lain yang mengalami kenaikan pembayaran klaim, yakni real estate 14,4 persen yoy atau Rp 5,58 triliun, kendaraan bermotor 7,6 persen yoy atau Rp 5,59 triliun, kargo laut 37,7 persen yoy atau Rp 1,29 triliun, industri kelautan 10,8 persen yoy. persen yoy atau Rp 965 miliar, energi pesisir 240,7 persen yoy atau Rp 64 miliar, kesehatan 12,2 persen yoy atau Rp 5,11 triliun, kredit 44,2 persen yoy atau Rp 10,48 triliun, jaminan 2,5 persen yoy atau Rp 315 miliar, dan asuransi lainnya 115 persen yoy atau Rp 1,24 triliun.
Sedangkan lini usaha yang tidak mengalami kenaikan (pertumbuhan negatif) pembayaran klaim adalah satelit 100 persen yoy, penerbangan 42,6 persen yoy atau Rp 123 miliar, energi laut 11,4 persen yoy atau Rp 767 miliar, teknik 1 , 1 persen yoy. atau Rp1,14 triliun, tanggung jawab 49,4 persen yoy atau Rp252 miliar, dan kecelakaan diri 45 persen yoy atau Rp429 miliar.
Faktor inflasi menjadi salah satu faktor yang juga menyebabkan kinerja Q3 (triwulan III-2024) industri asuransi umum di beberapa lini usaha mengalami kontraksi dan juga pertumbuhan yang melambat. – defisitnya sama dengan tahun sebelumnya, ” kata Budi.
Leave a Reply