JAKARTA (ANTARA) – Kecerdasan buatan (AI) menjadi strategi baru Google yang populer, dan inovasi berikutnya yang akan digunakan perusahaan adalah prakiraan cuaca.
Perusahaan tersebut mengumumkan GenCast, sebuah “model AI resolusi tinggi” yang dirinci dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Nature.
Gusmalena pada Jumat (12/6) waktu setempat mengumumkan bahwa ramalan cuaca yang akurat penting untuk segala hal mulai dari kehidupan sehari-hari hingga kesiapsiagaan bencana dan bahkan energi terbarukan.
GenCast juga mengungguli sistem teratas saat ini, ENS ECMWF, dalam perkiraan hingga 25 hari ke depan.
GenCast adalah model difusi yang mirip dengan yang Anda lihat di generator gambar AI.
Namun model ini secara khusus disesuaikan dengan bentuk bumi. Model ini dilatih berdasarkan data historis selama 40 tahun dari arsip ECMWF.
Untuk mengujinya, kami melatih GenCast berdasarkan data cuaca historis dari tahun 2018, menjalankan 1.320 prakiraan cuaca berbeda untuk tahun 2019, dan membandingkan hasilnya dengan ENS dan cuaca dunia nyata.
GenCast lebih akurat dibandingkan ENS sebanyak 97,2%, dan hingga 99,8% untuk prakiraan cuaca selama 36 jam.
Dalam demo tersebut, Google menugaskan GenCast untuk memprediksi jalur Topan No. 19 yang melanda Jepang pada tahun 2019.
Masyarakat dapat melihat jalur yang diambil topan dengan warna merah, sedangkan jalur yang diperkirakan oleh model AI Google ditampilkan dengan warna biru.
Pada hari ketujuh, topan telah menyebar cukup jauh, namun jangkauannya menyempit saat mendekati daratan.
Sebagai contoh, inovasi ini diyakini akan memberi pemerintah daerah lebih banyak waktu untuk bersiap menghadapi cuaca buruk.
GenCast juga dapat memprediksi kecepatan angin di dekat ladang angin, cuaca di ladang tenaga surya, dan banyak lagi.
GenCast adalah “model ansambel”. Artinya, lebih dari 50 prediksi dihasilkan dengan probabilitas berbeda-beda.
Menurut Google, prakiraan cuaca tersebut, termasuk prakiraan cuaca 15 hari, dapat dijalankan dalam 8 menit di Google Cloud TPU v5.
Beberapa prediksi dapat dibuat secara paralel. Sebaliknya, model prakiraan cuaca tradisional membutuhkan waktu berjam-jam di superkomputer.
Google merilis GenCast sebagai model terbuka, berbagi kode dan bobotnya.
Perusahaan akan terus bekerja sama dengan lembaga prakiraan cuaca dan ilmuwan untuk membuat prakiraan cuaca masa depan lebih akurat.
Leave a Reply