Jakarta (ANTARA) – Pakar anti penuaan Dr. Prof. Dr. Debi Susanti Pada Winski, MA dan PhD, telah melakukan penelitian ekstensif di bidang genetika dan genetika bekerja sama dengan dua universitas Italia.
Kemitraan ini tidak hanya membawa manfaat kesehatan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat penelitian kesehatan global, kata Debi dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Dua universitas tersebut bernama Università degli Studi “G.d’Annunzio” CHIETI-Pescara Italia dan Universitas Leonardo Da Vinci Roma.
Saat penandatanganan perjanjian kerja sama di Italia, Rabu (4/12), Debi mengatakan kerja sama tersebut terus mengembangkan teknologi pencetakan bagian tubuh pasien yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat. tidak perlu transplantasi berisiko tinggi, kanker, gagal ginjal, penyakit jantung, atau penyakit hati.
Selain itu, ia meyakini kerja sama ini membuka peluang antara Italia dan Indonesia untuk melatih organisasi kesehatan dan memperkuat sumber daya manusia teknologi baru tersebut.
Prof. Debi yang merupakan Presiden World Economic Forum di Jenewa dan WOCPM Paris berharap Indonesia menjadi pusat wisata medis dunia melalui rekayasa genetika dan pencetakan organ.
Acara tersebut dihadiri oleh para pejabat termasuk Sekretaris Jenderal WOCPM Paris Prof. Dr. Svetlana Trofimova, presiden Universitas Danunicio Chieti, Prof. Profesor Liborio Stupia, Presiden Universitas Leonardo Da Vinci Roma. Sergio Kaputi.
Prof. Debi didampingi Prof. Bruna Sinjari, Prof. Alexander Trofimov, Prof. Vincenzo De Laurentii, dan Nancy Pada, SE, Direktur Humas Celltech Vinski Tower International.
Prof. Debi adalah seorang dokter kelahiran tahun 1967 dan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Ia mendedikasikan dirinya sebagai dokter sejak tahun 1990-an.
Dikenal sebagai “Bapak Anti Penuaan” Ph.D. Thierry Hertoge, warga negara Belgia, dan mahasiswa ilmuwan internasional, seperti Prof. Vladimir Khavinson, MD, PhD, merangkap sebagai dokter Presiden Rusia Putin.
Leave a Reply