Jakarta (ANTARA) – Direktur Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, dr. Nikensari Koesrindartia, MARS menjelaskan, gangguan kesehatan jiwa atau kegawatdaruratan kejiwaan harus diklasifikasikan agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
Sebab, jelasnya, gangguan jiwa tidak hanya ditandai dengan perilaku yang terlihat, tapi juga kondisi yang tidak terlihat. Misalnya saja rasa cemas atau pikiran untuk bunuh diri.
“Kami buat berlima,” kata Niken dalam diskusi online di Jakarta, Kamis.
Klasifikasinya pertama, crunch atau sleep. Kedua, sindrom penarikan ditandai dengan depresi berat. Ketiga, pikiran atau upaya bunuh diri atau menyakiti diri sendiri.
Keempat, putus obat atau kecanduan narkoba. Pada akhirnya, kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dan anak. “Lebih spesifik karena korban dan pelaku mempunyai permasalahan psikologis,” ujarnya.
Ia mengatakan, seseorang tidak bisa langsung mengaku mengidap gangguan jiwa jika belum diperiksa secara ahli.
Sebab, kata Niken, diperlukan penilaian oleh tenaga profesional untuk mendiagnosis gangguan jiwa seseorang. Misalnya psikolog atau psikiater.
Untuk itu, dalam upaya memudahkan masyarakat mengakses bantuan kesehatan jiwa, RSKD Duren Sawit meluncurkan aplikasi JakJiwa.
Pihaknya ingin memastikan layanan darurat psikiatris berjalan dengan baik. “Segala sumber daya kami kerahkan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat DKI Jakarta,” kata Niken.
JakJiwa merupakan pengembangan aplikasi bagian dari JAKI milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jadi dengan mendownload aplikasi JAKI, orang juga masuk ke JakJiwa.
Niken menjelaskan, pihaknya juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi keadaan darurat psikologis di Jakarta.
Misalnya dengan Pusat Krisis dan Darurat Kesehatan Daerah (PK3D), dokter jaga puskesmas, bahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Karena kita tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, kami bermitra dengan RSKD Duren Sawit yang sumber dayanya terbatas untuk membantu merespons kebutuhan penanganan kegawatdaruratan psikiatris,” kata Niken.
Kami berharap dengan adanya fasilitas ini, semakin banyak masyarakat khususnya yang mengalami kegawatdaruratan kejiwaan yang bisa mendapatkan pelayanan yang baik di Jakarta.
Leave a Reply